Beranda Batubara Adaro Targetkan Produksi Batubara 2015 Di 56-58 Juta Ton

Adaro Targetkan Produksi Batubara 2015 Di 56-58 Juta Ton

Jakarta-TAMBANG.Dalam kondisi batu bara yang sedang mengalami tekanan, PT Adaro Energy,Tbk (ADRO) masih menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Di kuartal IV tahun 2014 seperti yang disampaikan dalam siaran persnya, kinerja produksi dan penjualan batu bara masih tetap tumbuh.

 

Dalam tiga bulan terakhir di tahun 2014, produksi batu bara emiten berkode ADRO ini sebanyak 14,45 juta ton atau naik 6% dibanding periode yang sama tahun lalu. Sementara secara keseluruhan 2014 Adaro memproduksi 56,21 juta ton atau naik 8% dibanding periode yang sama tahun lalu.

 

Produksi batu bara perseroan ditopang oleh dua anak usahanya PT Adaro Indonesia dan Balangan Coal melalui PT Semesta Centramas (SCM). PT Adaro Indonesia sepanjang kuartal IV memproduksi 14,01 Mt dan menjual 14,16 Mt batubara Envirocoal. Kinerja produksi yang baik ini karena kinerja kontraktor yang baik dan kondisi cuaca yang normal.

 

Untuk diketahui saat ini ada beberapa kontraktor tambang yang beroperasi di tambang Adaro Indonesia. PT Saptaindra Sejati (SIS), yang merupakan anak perusahaan PT Adaro Energy,Tbk dan PT Pamapersada Nusantara (PAMA) beroperasi di tambang Tutupan. Kemudian PT Rahman Abdijaya yang beroperasi di tambang Wara dan PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) yang beroperasi di tambang Paringin.

 

Sejauh ini batu bara Adaro Indonesia lebih besar dijual ke pasar domestik yakni 22% dari keseluruhan penjualan. Selain untuk pasar dalam negeri, batu bara adaro yang dikenal batu bara envirocoal juga diekspor seperti ke Cina, India, Jepang dan beberapa negara lainnya.

 

Selain Adaro Indonesia, produksi batu bara Adaro Energy juga ditopang PT Semesta Centramas (SCM). SCM merupakan salah satu dari tiga Izin Usaha Pertambangan yang membentuk Balangan Coal. SCM merupakan asset batubara terakhir yang diakuisisi Adaro dan terletak di lokasi yang strategis, 11 km di bagian tenggara konsesi Adaro Indonesia.

 

SCM mulai beroperasi secara komersial pada pertengahan tahun 2014. Adaro mempekerjakan anak-anak perusahaannya, SIS dan MBP, untuk semua produksi batubara dan aktivitas logistik SCM.

 

Tambang batubara Balangan memproduksi 0,89 juta ton dan menjual 0,88 juta ton di tahun 2014. Selama kuartal IV, SCM memproduksi 0,44 Mt Balangan Coal. Pada 4Q14, SCM menjual 0,45 Mt dari tambang batubara Balangan, dan total penjualan sebesar 0,88 Mt di tahun 2014. Nisbah kupas aktual tambang ini tercatat sebesar 3,68x pada 4Q14, sehingga nisbah kupas aktual untuk tahun 2014 tercatat sebesar 4.68x.

 

Tidak hanya produksi, penjualan batu bara Adaro juga menunjukkan pertumbuhan. Di kuartal IV tahun 2014, Adaro menjual 14,65 Mt sehingga penjualan tahunan mencapai 57,02 Mt. Hal ini menunjukkan bahwa batubara Adaro masih diminati berbagai pelanggan, khususnya dari Indonesia dan India.

 

Fokus Adaro di tahun 2015 adalah untuk terus berusaha menekan biaya, mempertahankan keandalan pasokan kepada para pelanggan, dan meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam setiap rantai pasokan batubara. Biaya kas batubara tidak termasuk royalty ada di kisaran US$31-33 per ton. Kemudian nisbah kupas direncanakan 5.33x dan EBITDA operasional dipatok diangka US$550-800 juta. Dan biaya modal sebesar US$75-125 juta.

 

Walaupun harga batubara terus melemah, Adaro tetap menghasilkan kinerja yang relatif baik dan tetap berada di posisi yang tepat untuk menciptakan nilai maksimal yang berkelanjutan dari batubara Indonesia.

Pasar Batu Bara BelumMembaik

Manajemen Adaro menyadari bahwa sektor pertambangan di 2015 masih mengalami tekanan harga. Menurut Cameron Tough, GM, Head of Corporate Secretary & Investor Relations Division PT Adaro Energy, Tbk harga batubara dunia untuk Global Coal Newcastle dan Australian Hi-Ash 5500NAR tetap berada dalam tekanan pada kuartal IV tahun 2014. Harga rata-rata US$63,85/ton untuk Global Coal Newcastle dan US$53,89/ton Australian Hi-Ash.

 

Jatuhnya harga minyak dunia dan depresiasi dari mata uang negara-negara utama pengekspor batubara terhadap Dollar Amerika Serikat, menjadi faktor utama di balik penurunan harga batubara dunia. Harga batubara domestik di Tiongkok untuk indeks Qinhuangdao 5500NAR naik selama 4Q14, ditambah dukungan kebijakan pemerintah Cina yang membatasi impor.

 

Pada pertengahan Oktober 2014, para regulator di Tiongkok mengeluarkan peraturan baru yaitu pajak 6% untuk impor batubara thermal, dimana konsekuensinya adalah menurunnya daya saing dari batubara yang diimpor. Akan tetapi, pasokan dari Indonesia dikecualikan karena adanya perjanjian perdagangan bebas antara Tiongkok dan ASEAN.

 

Dampaknya, harga batubara Indonesia dengan kalori 5,000 GAR turun lima persen kuartal per kuartal, tetap lebih baik dibandingkan harga Australian Hi-Ash 5500 NAR, yang turun tujuh persen. Pada Desember 2014, para regulator di Tiongkok mengumumkan syarat-syarat baru terkait kualitas batubara impor. Syarat-syarat tersebut difokuskan pada elemen-elemen yang menentukan batas maksimal untuk Phosporus, Chlorine, Arsenic, Mercury, dan Flourine. China Inspection and Quarantine Services (CIQ) diangkat sebagai satu-satunya quality surveyor, Namun regulasi yang baru berdampak terbatas pada Adaro dikarenakan karakter Envirocoal yang tingkat polutannya sangat rendah.

 

Di India, penggunaan yang tinggi dari pembangkit listrik bertenaga batubara, dan juga gangguan pada pasokan domestik, menghasilkan kenaikan impor sebesar 20 juta ton y-o-y pada 4Q14. Impor batubara di India diharapkan terus berkembang di tahun 2015 dikarenakan perkiraan pasokan domestik yang lebih rendah dari yang diperkirakan dan pertumbuhan permintaan secara terus-menerus.

 

Permintaan batubara lokal tumbuh stabil sepanjang tahun, meskipun pada awal tahun tidak seperti yang diharapkan karena penundaan beroperasinya pembangkit listrik bertenaga batubara. Pertumbuhan permintaan batubara di masa depan terjamin mengingat rencana pemerintah untuk membangun pembangkit listrik bertenaga batubara yang baru.