Beranda Batubara Adaro Tetap Fokus Jaga Efisiensi

Adaro Tetap Fokus Jaga Efisiensi

Jakarta-TAMBANG. Kondisi pasar batu bara di 2015 diperkirakan tidak berbeda dengan yang terjadi di 2014. Harga batubara internasional (Global Coal Newcastle) mengalami penurunan sebesar 17% pada 2014, dengan harga rata-rata di kisaran AS$70,95. Sementara Harga Batubara Acuan (HBA) yang dikeluarkan Ditjen Minerba harga batu bara di level US$62,92 per ton.

 

Kondisi ini lebih diakibatkan oleh pasar yang kelebihan pasokan batubara yang masih berlanjut. Melemahnya permintaan domestik Cina, depresiasi mata uang negara-negara eksportir utama batubara terhadap dolar AS dan kontrak take-or-pay Australia merupakan faktor di balik melemahnya harga batubara internasional.

 

Presiden Direktur Adaro Energy, Boy Garibaldi Thohir mengatakan situasi makro tahun lalu (2014,red) masih sulit dengan harga batubara yang masih tertekan akibat kelebihan pasokan dan kapasitas di pasar. “Kami memperkirakan kondisi pasar masih akan menantang di 2015. Namun demikian, kami yakin bahwa fundamental jangka panjang untuk sektor batubara dan energi masih tetap kokoh,”ujar Garibaldi.

 

Garibaldi juga menegaskan ke depan fokus pihaknya adalah pada keunggulan operasional, menjaga kas dan pengembangan bisnis termasuk memperkuat bisnis logistik dan bergerak ke hilir menuju bisnis ketenagalistrikan. Boy juga memastikan perseroan tetap berada pada jalur yang tepat untuk menciptakan nilai maksimum dari batubara Indonesia, termasuk membayar dividen tunai tahunan dan membantu membangun negara.

 

Secara keseluruhan, Adaro memperkirakan kondisi kelebihan pasokan dan kapasitas masih akan berlanjut di tahun 2015, walaupun ketidakseimbangan pasar akan lebih kecil dibandingkan pada tahun 2014.

 

”Permintaan atas impor batubara dari Cina menurun hingga 22 juta ton di tahun 2014 akibat kelebihan pasokan di wilayah pesisir Cina. Pemerintah Cina menerbitkan beberapa kebijakan untuk membatasi impor di wilayah pesisir, seperti aturan baru mengenai pajak impor untuk batubara termal sebesar enam persen dan mengenai pengendalian kualitas,”terang Garibaldi.

 

Meski demikian menurut Garibaldi bagi Adaro kedua kebijakan tersebut tidak berdampak besar karena adanya perjanjian perdagangan bebas antara Cina dan ASEAN, serta karakteristik Envirocoal yang memiliki kadar polutan yang sangat rendah.

 

Di sisi lain, permintaan atas impor batubara dari India masih kuat di tahun 2014. Diperkirakan masih akan tumbuh di tahun 2015 karena tingginya pemanfaatan pembangkit listrik tenaga uap, serta adanya gangguan pasokan batubara dalam negeri. Sementara itu, permintaan batubara domestik di Indonesia mengalami pertumbuhan yang stabil sepanjang tahun, meski tidak sesuai harapan pemerintah Indonesia akibat tertundanya komisioning beberapa pembangkit listrik.