Beranda Tambang Today Bahlil Sebut Cadangan Nikel Dunia di RI Naik Jadi 42 Persen

Bahlil Sebut Cadangan Nikel Dunia di RI Naik Jadi 42 Persen

Minerba Expo
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia saat memberi sambutan di Minerba Expo 2024 di Jakarta, Senin (25/11). TAMBANG.

Jakarta, TAMBANG – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia menyebut cadangan nikel dunia yang terkandung di Indonesia per tahun 2024 naik menjadi 42 persen. Angka in naik dari data yang dikeluarkan Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) tahun 2022 yang hanya mencapai 21 persen.

“Di tahun 2024, bulan Maret-April kalau gak salah, itu Badan Geologi Amerika yang dijadikan referensi itu merevisi bahwa memang total Cadangan nikel dunia yang ada di Indonesia itu 42 persen,” ungkap Bahlil dalam Minerba Expo di Jakarta, Senin (25/11).

USGS sebelumnya menyatakan cadangan nikel dunia mencapai 100 juta metrik ton pada tahun 2022 di mana Indonesia sendiri menyumbang sekitar 21 persen atau 21 metrik ton. Jumlah tersebut menyamai negeri tetangganya, Australia.

Menurut Bahlil, nikel RI yang jumlahnya banyak ini tetap akan didorong untuk peningkatan nilai tambah dengan diproses di dalam negeri untuk dijadikan bahan baku baterai kendaraan listrik. Saat ini  RI sedang mengebut ekosistem pabrik baterai kendaraan listrik yang terintegrasi dari hulu sampai hilir.

Cadangan Nikel Melimpah, Bisakah RI Jadi Pemain Utama Kendaraan Listrik Masa Depan?

“Nikel menurut saya sudah pada rail yang benar. Tetapi, tinggal kita mendorong tidak hanya sampai penciptaan nilai tambah di NPI, kita sudah harus mendorong pada tingkat hilirisasi yang paling produk barang jadi. Contoh sekarang kita membangun ekosistem baterai mobil. Ekosistem baterai mobil sekarang, baterainya sudah ada 10 giga di Karawang,” imbuh Bahlil.

Menurut Bahlil, proyek ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia sudah cukup holistik mulai dari penambangan, smelterisasi, hingga pabrik daur ulang baterai itu sendiri. Progres ekosistem baterai kendaraan listrik ini kata Bahlil sudah mencapai 80 persen.

“Nah kita ingin, di Indonesia, salah satu negara pertama yang membangun ekosistem baterai mobil yang lengkap dari unuk ke hilir. Dari mining, smelter, ekspor, prokursor, katoda, baterai sel, sampai dengan recycle-nya. Dan ini sudah kita bangun, kurang lebih sekitar 70-80% progresnya,” beber dia.