Beranda Batubara Batu Bara: Pasar 2015 Bergeser dari Cina ke India

Batu Bara: Pasar 2015 Bergeser dari Cina ke India

JAKARTA –TAMBANG. DALAM beberapa tahun terakhir, impor batu bara Cina membengkak luar biasa. Dari 2009 hingga 2013, pertumbuhan impor batu bara rata-rata mencapai 67%. Meski demikian, kecenderungan ini tak terjadi lagi sesudah 2013.

 

Media coalguru.com, yang khusus menyediakan informasi mengenai perdagangan batu bara, menyebutkan bahwa pada 2014 pertumbuhan Cina diperkirakan 7%, tak lagi dua digit. Permintaan akan batu bara pun tak lagi sebesar tahun sebelumnya.

 

Pada Januari-Oktober 2014, impor batu bara jenis steam turun 2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 161,4 juta ton.

 

Berkurangnya impor batu bara yang datang melalui laut disebabkan karena, antara lain, cuaca yang kurang bersahabat; bertambahnya produksi listrik dari PLTA, dan pasokan batu bara dari Mongolia sudah bertambah.

 

Mongolia terletak di daratan sebelah Cina, sehingga batu bara tak perlu melalui laut. Batu bara dari Mongolia kebanyakan jenis kalori tinggi, jenis coking. Pertumbuhan industri baja yang melambat menyumbang 23% anjloknya impor batu bara jenis metalurgi (coking coal).

 

Indonesia dan Australia merupakan pemasok utama batu bara ke Cina. Sebanyak 45% impor batu bara berasal dari Indonesia, dan 37% dari Australia. Anjloknya impor dari Indonesia dari Januari-Oktober tahun ini, dibanding menyumbang 79% penurunan batu bara impor. Sementara itu, impor dari Australia meningkat terus, walau tak banyak.

 

Pada September lalu, Komite Reformasi Pembangunan Cina meminta pembangkit listrik utama memangkas impor 40 juta ton batu bara jenis steam, untuk periode Oktober-Desember. Pada pertengahan Oktober, Cina memperkenalkan sistem pajak baru, sebesar 3% terhadap batu bara impor jenis coking, 5-6% untuk jenis coking steam coal.

 

Hambatan lain yang mungkin mengganggu ekspor batu bara dari Australia dan Indonesia adalah peraturan baru yang diterapkan oleh Komite Reformasi Pembangunan Nasional, yang membatasi batu bara impor berdasar kualitasnya.

 

Komite Reformasi membatasi batu bara yang boleh diproduksi, diimpor, dan dijual. Pemakai batu bara harus mencari pelabuhan impor terdekat, tak boleh lebih dari 600 kilometer jaraknya dari lokasi pemakaian.

 

Dengan pembatasan ini, impor dari Australia kemungkinan besar yang paling akan terkena.

 

Pembatasan lainnya adalah melalui batasan abu serta sulfur. Beberapa pemasok mengatakan, pihaknya bisa mencuci batu bara untuk memenuhi standar. Namun, ini tidak mudah, dan membutuhkan waktu serta biaya.

 

Dengan berbagai aturan baru itu, impor batu bara Cina pada 2015 diperkirakan turun. Kemungkinan besar pasar batu bara akan bergeser, dari Cina ke India.

Foto: Batu bara di Pelabuhan Qinghuangdao, Provinsi Hebei. Sumber foto: www.wantchinatimes.com/Xinhua.