Beranda Batubara Berau Kejar Efisiensi Produksi Batu Bara

Berau Kejar Efisiensi Produksi Batu Bara

 

Jakarta – TAMBANG. Sampai dengan kuartal ketiga 2014, PT Berau Coal Energy ,Tbk  menanggung rugi bersih sebesar US$ 72,47 juta. Meskipun demikian, sebenarnya induk usaha tambang batu bara Berau Coal itu masih bisa mencatatkan laba operasional sebesar US$ 114,91 juta. Ini tak lepas dari upaya efisiensi yang sudah ditempuh, di tengah pelemahan harga batu bara yang masih terus terjadi.

 

Amir Sambodo, Direktur Utama Berau Coal Energy, dalam Paparan Publik yang digelar usai RUPSLB, Senin (22/12), menjelaskan strategi penghematan biaya agar perusahaan tetap bersaing di kondisi pasar saat ini.

 

“Dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan, manjemen memilih langkah strategis dengan memprioritaskan operasional tambang batu bara pada pit yang memiliki tingkat keuntungan lebih tinggi, dengan biaya produksi lebih rendah,” ujarnya.

 

Langkah tersebut adalah salah satu strategi yang masuk dalam kategori optimisasi rencana dan biaya penambangan. Berau juga saat ini memprioritaskan penambangan berdasarkan keuntungan per pit, bukan sekedar pada volume produksi per pit. Karenanya, konsentrasi operasi penambangan akan bergeser dari Lati yang sudah berumur sehingga nisbah kupasnya (stripping ratio) makin tinggi. Peralatan-peralan akan dipindahkan ke area baru di Binungan, yang memiliki cadangan batu bara berkualitas lebih baik.

 

Kemudian, penurunan biaya pun bisa dilakukan karena Berau telah berhasil melakukan negosiasi dengan pihak kontraktor penambangan. Per September 2014 dilaporkan bahwa biaya keseluruhan untuk memproduksi batu bara bisa ditekan hingga US$37,2 per ton, turun dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$28,4 per ton.

 

Kategori penghematan biaya kedua adalah melalui manajemen energi. Zat aditif digunakan untuk penggunaan bahan bakar. Penghematan bahan bakar pun dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan jumlah kendaraan operasional. Berau pun melakukan pengawasan dan pemeriksaan terkait manajemen energi ini dengan menujuk Sucofindo sebagai penilai independen.

 

“Alhamdulilah MOPS  turun lebih tajam, sehingga bisa menyumbang efisiensi. Kami juga negosiasi dengan Pertamina untuk menurunkan alfa (konstanta dalam hitungan BMM). Vendor yang lain juga kami minta memakai mekanisme serupa,” urai Amir.

 

Penyumbang penghematan kategori terakhir, adalah perbaikan di bidang logistik. Langkah-langkah pada kategori ini meliputi peningkatan barging cycles, peningkatan muatan per tongkang, optimisasi penggunaan tongkang hingga 37 tongkang, serta penurunan biaya transshipment.

 

Hingga September 2014, Berau Coal sudah memproduksi 18,6 juta metrik ton (MT) batu bara. Sementara angka penjualan berjumlah 18,2 juta MT. Dari jumlah tersebut, 84% dikapalkan ke luar negeri dengan tujuan Cina, Taiwan, Korea Selatan, India, Jepang, Hong Kong, dan Thailand.  Sisanya, 16% diperuntukkan bagi pasar domestik.

 

Dengan demikian di sisa kuartal terakhir 2014 ini, Berau optimis menutup target produksi dan pengapalan yang disetujui Kementerian ESDM sebesar 24,2 juta MT untuk tahun 2014. “Kami masih dalam jalur yang tepat untuk mencapai level produksi tersebut,” ujar Amir lagi.

 

Tahun depan, Berau terus menargetkan peningkatan produksi.  Rencana Kerja Anggaran dan Biaya (RKAB) tahun 2015 yang sudah diajukan ke Kementerian ESDM mencantumkan target produksi 27 juta ton. Sementara itu, nisbah kupas akan dipertahankan mendekati 8,7.