Jakarta,TAMBANG, PT United Tractors,Tbk (UNTR) berhasil membukukan pendapatan bersih sebesar Rp.60,3 triliun sepanjang 2020. Jika dibanding capaian tahun 2019 terjadi penurunan sebesar 29%. Tahun 2019 perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp.84,4 triliun. Sementara laba bersih perseroan sebesar Rp 6,0 triliun. Padahal di tahun 2019, perusahaan berhasil meraih laba bersih sebesar Rp.11,3 triliun.
Sejauh ini kontributor terbesar masih datang dari Kontraktor Penambangan yang dilaksanakan oleh PT Pamapersada Nusantara (PAMA). Segmen usaha ini menyumbang 48% untuk total pendapatan perusahaan.
Di tahun 2020, PT Pamapersada Nusantara (PAMA) mencatat pendapatan bersih sebesar Rp29,2 triliun. Dibanding 2019 turun 26% dari Rp39,3 triliun. PAMA mencatat penurunan volume produksi batu bara sebesar 13% dari 131,2 juta ton menjadi 114,6 juta ton. Volume pekerjaan pemindahan tanah (overburden removal) juga turun 17% dari 988,9 juta bcm menjadi 825,0 juta bcm.
Selanjutnya segmen Usaha Mesin Konstruksi yang menyumbang 22% dari total pendapatan perseroan. Selama 2020 terjadi penurunan penjualan alat berat Komatsu sebesar 47% menjadi 1.564 unit. Padahal di 2019 perusahan berhasil menjual 2.926 unit.
Pelemahan harga komoditas dan penurunan aktivitas di semua sektor pengguna alat berat berdampak pada penurunan permintaan alat berat. Pendapatan Perseroan dari penjualan suku cadang dan jasa pemeliharaan alat juga turun sebesar 34% menjadi sebesar Rp6,0 triliun. Meski demikian dari riset pasar internal, Komatsu tetap mampu mempertahankan posisinya sebagai market leader alat berat, dengan pangsa pasar domestik sebesar 29%.
Sementara penjualan UD Trucks mengalami penurunan dari 420 unit menjadi 224 unit serta penjualan produk Scania turun dari 432 unit menjadi 217 unit. Total pendapatan bersih dari segmen usaha Mesin Konstruksi turun 41% menjadi sebesar Rp13,4 triliun dibandingkan Rp22,6 triliun pada tahun 2019.
Kemudian segmen pertambangan batu bara yang dijalankan PT Tuah Turangga Agung (TTA) memberi kontribusi 16% bagi total pendapatan perseroan. Sampai dengan bulan Desember 2020 total penjualan batu bara mencapai 9,3 juta ton. Ini sudah termasuk di dalamnya 1,9 juta ton batu bara kokas. Capaian ini meningkat 9% dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar 8,5 juta ton. Namun pendapatan segmen usaha pertambangan batu bara turun 11% menjadi Rp9,5 triliun dikarenakan penurunan rata-rata harga jual batu bara.
Perusahaan juga bergerak di segmen pertambangan emas. Segmen ini menyumbang 12% bagi pendapatan perseroan. Segmen usaha Pertambangan Emas dijalankan oleh PT Agincourt Resources (PTAR). PTAR mengoperasikan tambang emas Martabe di Tapanuli Selatan, Sumatera Utara.
Pada tahun 2020, total penjualan setara emas dari Martabe mencapai 320 ribu ons atau turun 22% dibandingkan dengan tahun lalu sebanyak 410 ribu ons. Segmen usaha Pertambangan Emas membukukan pendapatan bersih sebesar Rp7,0 triliun atau turun 12% dari Rp7,9 triliun. Rata-rata harga jual terealisasi untuk emas setelah hedging adalah sebesar USD1.465 per ons. Harga ini lebih baik dibandingkan pada 2019 di USD1.369 per ons.
Ada juga segmen usaha Industri konstruksi yang dijalankan oleh PT Acset Indonusa,Tbk (ACSET). Pada tahun 2020, Industri Konstruksi membukukan pendapatan bersih sebesar Rp1,2 triliun. Padahal di 2019 berhasil meraih pendapatan bersih sebesar Rp3,9 triliun. ACSET membukukan rugi bersih sebesar Rp1,3 triliun yang disebabkan oleh perlambatan pekerjaan beberapa proyek yang sedang berlangsung. Selain itu berkurangnya peluang memperoleh kontrak baru akibat dampak pandemi COVID-19.
Segmen usaha lain di sektor energi lewat PT Bhumi Jati Power (BJP) yang saat ini sedang membangun pembangkit listrik tenaga uap berkapasitas 2×1.000 MW di Jepara, Jawa Tengah. Hingga bulan Desember 2020, progres pembangunan konstruksi proyek ini telah mencapai 97%. BJP merupakan perusahaan patungan bersama antara anak usaha Perseroan, Sumitomo Corporation dan Kansai Electric Power Co Inc. Di BJP anak usaha perseroan menguasai 25% saham.