TAMBANG, Bontang – Langit Bontang siang itu tampak cerah membentang biru. Sinar matahari jatuh ke permukaan tanah, meninggalkan aroma khas tanah pertambangan. Di depan mata terbentang sebuah void luas dengan permukaan air bening kehijauan yang berkilau diterpa cahaya, dikelilingi dinding tanah bekas galian. Void milik PT Indominco Mandiri itu, kini berdiri sebagai pusat perhatian dari rencana besar penyediaan air bersih di Kalimantan Timur.
Void adalah lubang bekas galian tambang terbuka atau open pit yang setelah aktivitas penambangan selesai akan terisi air hujan, air tanah, atau aliran sungai sehingga menyerupai danau buatan. Lubang bekas tambang kerap dicap sebagai warisan masalah, identik dengan bahaya dan kerusakan lingkungan. Namun, void milik anak usaha PT Indo Tambangraya Megah Tbk itu, justru bakal disulap menjadi sumber kehidupan baru. Inilah langkah nyata bagaimana ruang bekas eksploitasi bisa ditransformasikan menjadi infrastruktur vital yang mendukung kebutuhan dasar masyarakat.
“Kami berkomitmen mengubah persepsi publik terhadap area pascatambang. Melalui inisiatif ini, void tidak lagi dilihat sebagai beban lingkungan, melainkan menjadi aset yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat. Transformasi ini menjadi bukti bahwa industri tambang mampu meninggalkan jejak positif berupa penyediaan infrastruktur penting seperti air bersih,” Ungkap Eddy Susanto, Kepala Teknik Tambang Indominco, saat ditemui TAMBANG, Rabu (23/9) lalu.
Adalah void dengan kode L11 N1 dan L13 V1, dua kolam bekas tambang yang tengah dipersiapkan menjadi pusat pasokan air bersih. Di tepiannya akan berdiri instalasi pengolahan air lengkap dengan sistem pompa, pipa distribusi, hingga tandon penampungan. Dari sinilah, 250 liter per detik air baku akan diproduksi, lalu dialirkan ke masyarakat Bontang, Kutai Timur, hingga Kutai Kartanegara.
Rencana sistem intake pada void Indominco, yaitu air baku diambil dari Void L11 N1 pada elevasi sekitar 65 meter di atas permukaan laut, lalu dialirkan ke Void L13 V1 dengan elevasi 45 meter, kemudian diteruskan menuju Sungai Mayang dan masuk ke kolam pengendapan atau sedimentation pond untuk menurunkan kadar sedimen. Dari sini, air ditampung di reservoir dan dipompa menggunakan tiga unit pompa berkapasitas 125 liter per detik dengan ketinggian angkat 100 meter, di mana dua unit beroperasi dan satu unit menjadi cadangan, sehingga total kapasitas mencapai 250 liter per detik. Selanjutnya, air dialirkan ke sistem fresh water 30 dan diproses di water treatment plant (WTP) sehingga menghasilkan air bersih yang layak digunakan bagi masyarakat.
Setelah melewati tahapan penyaringan, air dipastikan memenuhi standar mutu sebelum didistribusikan ke rumah-rumah warga.
Proyek besar ini melibatkan kolaborasi banyak pihak, mulai dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, Pemerintah Kota Bontang, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, dan Indominco. Total investasi mencapai Rp 415 miliar, dengan porsi terbesar berasal dari kontribusi Indominco. Pipa distribusi sepanjang 25 kilometer akan dibangun, menyambungkan void tambang ke instalasi pengolahan air dan offtaker di daerah-daerah penerima manfaat.
Hingga kini, cakupan layanan air bersih di Kalimantan Timur baru sekitar 54 persen. Artinya, dari 4,1 juta penduduk, hampir 2 juta jiwa belum mendapatkan distribusi air layak konsumsi. Kehadiran proyek Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional ini diharapkan bisa memangkas kesenjangan itu. Air dari void akan menjadi jawaban nyata atas kebutuhan dasar masyarakat.
Kualitas airnya pun tak luput dari perhatian. Indominco bersama pemerintah memastikan uji laboratorium dilakukan secara berkala oleh lembaga lab dan survey, PT Sucofindo (Persero). Air yang akan dialirkan ke masyarakat, dipastikanmemenuhi baku mutu. Dengan begitu, sumber air dari void bukan sekadar alternatif, melainkan benar-benar aman digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, baik mandi, cuci, dan kakus maupun dikonsumsi.
Transformasi void menjadi sumber air baku digulirkan sebagai rangkaian proyek tanggung jawab lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Kolaborasi ini sekaligus menunjukkan bahwa lubang tambang tak harus dipandang sebagai ancaman. Dengan pengelolaan yang tepat, ia justru bisa menjadi aset publik yang berharga.
“Pemanfaatan void sebagai sumber air baku merupakan wujud nyata tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat. Langkah ini menunjukkan bahwa bekas tambang tidak harus meninggalkan stigma negatif, melainkan dapat memberi manfaat berkelanjutan bila dikelola dengan visi yang tepat.” Sambung Eddy.
Tak semua void memang layak dijadikan sumber air. Beberapa berpotensi menghasilkan air asam tambang dengan pH rendah dan kelarutan logam tinggi. Namun, dengan rekayasa teknis dan pengelolaan yang benar, risiko itu dapat ditekan. Void Indominco menjadi bukti bagaimana praktik pertambangan yang baik atau good mining practices mampu menghadirkan manfaat jangka panjang.
Rencananya, akhir tahun ini, proyek SPAM tersebut mulai beroperasi. Saat itulah aliran air bersih dari Void L13 W1 dan L11 N1 akan mengucur deras ke rumah-rumah warga. Bagi kawasan Bontang yang selama ini sering mengalami kekurangan debit air, pasokan baru ini menjadi penyelamat. Sementara bagi Kutai Timur dan Kutai Kartanegara, ini adalah berkah tambahan yang memperkuat ketahanan air daerah.
Proyek SPAM dari void Indominco juga diproyeksikan menjadi percontohan. Perusahaan tambang lain di Kalimantan Timur diharapkan meniru langkah serupa. Dengan begitu, lubang-lubang tambang yang terbentang luas di bumi Berneo ini, bisa diubah menjadi kolam yang membawa berkah, bukan momok. Potret pemanfaatan void Indominco memberi pesan kuat, lubang bekas tambang bukan akhir dari sebuah cerita. Justru, di situlah lembaran baru kehidupan dimulai. Dari tanah yang pernah digali, kini mengalir air bersih yang akan menyehatkan, menyuburkan, dan menumbuhkan harapan baru bagi masyarakat Kalimantan Timur.