Beranda Tambang Today Buka-Bukaan Pelaku Jasa Tambang Tingkatkan Produksi di Tengah Tantangan Cuaca dan Medan

Buka-Bukaan Pelaku Jasa Tambang Tingkatkan Produksi di Tengah Tantangan Cuaca dan Medan

jasa
Sumber: ASPINDO

Jakarta, TAMBANG– Di tengah tantangan cuaca ekstrem dan kondisi medan yang kian kompleks, pelaku usaha jasa pertambangan mengungkap berbagai strategi untuk menjaga bahkan meningkatkan produktivitas operasi tambang. Mulai dari pengelolaan ritme hauling, pemilihan pelumas yang tepat, hingga penguatan budaya keselamatan kerja menjadi kunci utama keberlanjutan produksi.

PJO PT Putra Perkasa Abadi  (PPA), Job Site PT Vale Indonesia, Akhmad Maulana Ibrahim  menegaskan bahwa cycle time merupakan pusat produktivitas tambang. Berdasarkan data operasional di jobsite Vale, ritme hauling yang stabil menentukan kelancaran pasokan ore.

“Perubahan kecil pada cycle time saja bisa menurunkan produktivitas hingga lima sampai sepuluh persen,” ujar dalam Seminar Teknis yang digelar ASPINDO dan PT Pertamina Lubricants (PTPL) di Kendari,  dikutip Senin (15/12.

Ia menekankan pentingnya pemantauan kondisi jalan hauling secara konsisten, disiplin operator dalam proses muat dan bongkar, serta kemampuan tim operasional dalam mengantisipasi kemacetan rute.

Menurutnya, curah hujan tinggi di Sulawesi Tenggara menjadi tantangan besar yang harus direspons dengan sistem drainase yang baik dan penataan ulang kontur jalan secara berkala untuk mencegah kecelakaan kerja.

Sementara itu, Field Engineer Lubricants PT Pertamina Lubricants (PTPL), Andi Awaludin Kadir menyoroti peran pelumas dalam menjaga keandalan alat berat. Ia menyebut pelumas bukan sekadar cairan teknis, melainkan bagian dari sistem perlindungan mesin.

Pemilihan pelumas yang tepat mampu menurunkan gesekan, menjaga suhu mesin tetap ideal, mengurangi keausan komponen, sekaligus meminimalkan downtime terutama di wilayah tambang yang berlumpur dan basah.

“Pemilihan pelumas yang tepat dapat menurunkan gesekan dan menjaga suhu mesin tetap ideal. Dalam kondisi wilayah mineral yang sering berlumpur dan basah, kualitas pelumas menentukan ketahanan sistem mesin terhadap kontaminasi,” jelas Andi.

Dari sisi keselamatan dan tata kelola, Deputy Operation and Safety PT Kalimantan Prima Persada (KPP), Yohanes Budi Kurniawan dari PT Kalimantan Prima Persada menegaskan bahwa Good Mining Practice (GMP) tidak cukup dipahami sebagai aturan, melainkan harus menjadi budaya kerja. Pengelolaan desain tambang, stabilitas lereng, serta sistem dewatering yang baik harus berjalan seiring dengan penguatan budaya keselamatan. “Keselamatan dan produktivitas tidak boleh dipisahkan,” tegasnya.

Paparan para praktisi tersebut menunjukkan bahwa peningkatan produksi tambang terutama sektor mineral yang medannya cukup menantang, tidak hanya ditentukan oleh kapasitas alat, tetapi juga oleh disiplin operasional, keandalan sistem pendukung, dan budaya kerja yang kuat di lapangan.