Beranda Batubara Bumi Resources Tanggapi Menguatnya Kebutuhan Batu Bara Dunia Imbas Konflik Rusia

Bumi Resources Tanggapi Menguatnya Kebutuhan Batu Bara Dunia Imbas Konflik Rusia

Pelabuhan impor batu bara di Rotterdam. Sumber foto:worldmaritimnews.com

Jakarta, TAMBANG – Di tengah gaung pemakaian energi bersih dan ramah lingkungan, sejumlah negara eropa justru sedang kalang kabut menutupi kebutuhan sumber energi primernya. Imbasnya, mereka membuka kembali potensi energi berbahan bakar batu bara domestik karena impor batu bara dari Rusia sudah dilarang.

Mengutip Bloomberg, di Jerman dan Italia, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang pernah dinonaktifkan sekarang tengah dipertimbangkan untuk digunakan kembali. Di Afrika Selatan, kapal bermuatan batu bara di rute sekitar Tanjung Harapan yang biasanya sepi menuju Eropa, sudah mulai ramai.

Sementara di Amerika Serikat, pembakaran batu bara berada di tengah kebangkitan terbesarnya dalam satu dekade. Sedangkan China membuka kembali tambang yang ditutup dan merencanakan yang baru.

Kecanduan dunia terhadap batu bara, bahan bakar yang menurut banyak orang akan segera hilang, justru sekarang lebih kuat dari pada sebelumnya.

Permintaan batuan panas ini memang telah meningkat sejak tahun lalu di tengah kekurangan gas alam dan karena penggunaan listrik melonjak setelah pembatasan pandemi dibatalkan. Tetapi, invasi Rusia ke Ukraina turut mendorong pasar batu bara dan memicu efek domino yang membuat produsen listrik berebut untuk mendapatkan pasokan yang tersedia dan mendorong harga ke level tertinggi.

Momen krusial ini mendapat tanggapan dari salah satu produsen batu bara terbesar tanah air, PT Bumi Resources (BUMI). Direktur Perusahaan Bumi, Dileep  Srivastava menyebut bahwa pihaknya akan berupaya meningkatkan produksi demi mengejar momen penting ini.

“Ya, segala cara yang mungkin dilakukan di antara hujan selama fenomena La Nina sekarang. (Perusahaan) gunakan peralatan lumpur dan (memperhatikan) tingkat pengeluaran,” kata Dileep melalui pesan singkat, Selasa (26/4).

Dileep menyampaikan, setelah fenomena alam itu berlalu, BUMI optimis bisa mengejar target produksi sehingga bisa memenuhi kebutuhan batu bara domestik maupun global. Saat ini, BUMI masih mengutamakan pasokan batu bara dalam negeri untuk keperluan bahan bakar PLN.

“(Kami) bangkit setelah La Nina berakhir dan cuaca normal. Prioritas saat ini adalah memasok domestik dan PLN kemudian ekspor. Membuat penangguhan ekspor setelah output meningkat, diikuti oleh permintaan baru karena konflik Eropa Timur,” imbuhnya.

Dileep juga memastikan bahwa selama beberapa bulan ke depan, harga batuan panas itu masih berada di atas rata-rata. Hal ini, kata dia, lantaran tidak ada kapasitas batu bara baru dan sumber energi terbarukan belum dapat diandalkan.

“Untuk sementara, harga batu bara akan tetap tinggi karena tidak ada kapasitas batu bara baru yang didanai. Energi terbarukan saat ini tidak dapat diandalkan juga tidak dapat disimpan,” tandasnya.