Beranda Mineral Demi Tesla, Pemerintah Minta Pengusaha Adopsi Standarisasi Tambang Bertanggung Jawab

Demi Tesla, Pemerintah Minta Pengusaha Adopsi Standarisasi Tambang Bertanggung Jawab

Foto: kegiatan penambangan di Ban Phuc. Sumber foto: Asiaminer.com

Jakarta, TAMBANG – Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto meminta pelaku usaha tambang agar mengadopsi standarisasi praktik penambangan yang bertanggung jawab. Tujuannya, agar produk dari program hilirisasi di Indonesia yang tengah digencarkan dapat diminati oleh investor global.

Menurutnya, saat Pemerintah Indonesia berkunjung menemui CEO Tesla Elon Musk, salah satu topik yang dibahas ialah soal penerapan aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) pada hulu pertambangan nikel di Indonesia.

Untuk itu, kata Seto, pihaknya perlu mendorong perusahaan-perusahaan tambang di Indonesia untuk bergabung dengan lembaga independen yang melakukan verifikasi dan sertifikasi terkait standar material tambang dan berbagai isu dampak operasional. Salah satunya adalah Initiative for Responsible Mining Assurance (IRMA).

“Penting bagi kita memiliki standarisasi, salah satunya dengan IRMA. Ide untuk mendorong ini muncul setelah kami mengunjungi Tesla, di mana bagian penting yang ditanyakan ialah tentang ESG. Kalau kita tidak punya standar seperti ini, produk kita tidak akan diminati,” ungkap Seto saat menyampaikan sambutan dalam acara Pengenalan Standar IRMA di Sektor Pertambangan Indonesia, Selasa (6/9).

Selain Tesla, sambung Seto, banyak pabrikan kendaraan listrik dunia yang melakukan uji tuntas atau due diligence pada rantai pasok bahan baku nikel. Para produsen tersebut enggan menyerap nikel yang tidak tersertifikasi, atau diperoleh dari tambang yang tidak menerapkan praktik yang baik alias good mining practices.

Para pemain kendaraan listrik global, tidak hanya mengejar pengurangan emisi saat kendaraan tersebut mengaspal. Akan tetapi, memastikan juga bahwa bahan baku kendaraan listrik diperoleh dari tambang yang bertanggung jawab dan ramah lingkungan.

“Banyak produsen electric vehicle melakukan due diligence bahwa rantai pasoknya harus sesuai dengan standar. Semangat dari sini mendorong kita untuk membawa praktik penambangan di indonesia pada level yang diterima oleh penyerap produk. Untuk setiap electric vehicle, dilihat emisi bukan hanya ketika dipakai di jalan, tapi juga emisi berdasarkan energi yang digunakan dalam memproduksi nikel,” jelas Seto.

“Kita mendorong industri untuk melirik para penambang yang menerapkan good mining practices. Ini yang ditanyakan Tesla,” sambungnya.

Untuk diketahui, IRMA merupakan salah satu lembaga standarisasi yang dinilai memiliki kredibilitas soal ESG pada sektor pertambangan di level global. Pasalnya, standar yang dikembangkan selalu menggandeng konsultasi publik dan berbagai organisasi nonpemerintahan di bidang lingkungan hidup. Proses audit dan pelaporannya dinilai transparan dengan model tata kelola yang melibatkan lintas pemangku kepentingan.

Adapun standarisasi IRMA pada perusahaan mencakup aspek integritas bisnis, tanggung jawab sosial, perencanaan untuk positive legacy, dan tanggung jawab lingkungan. Sampai saat ¡ni, perusahaan yang tergabung dengan IRMA di antaranya Tesla, BMW Group, Corning Incorporated, Fairphone, Ford Motor, Company, General Motors Company, Mercedes-Benz Group, Microsoft Corporation, ørsted, Tiffany & Co, Volkswagen AG, ZincFive, dan masih banyak lagi.