Beranda Tambang Today Ditjen Minerba Bahas Mineral Kritis dan Strategis, Libatkan Lintas Pemangku Kepentingan

Ditjen Minerba Bahas Mineral Kritis dan Strategis, Libatkan Lintas Pemangku Kepentingan

Bandung, TAMBANG – Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (Ditjen Minerba), Kementerian ESDM menggelar Seminar Nasional bertema “The 1st Indonesia Minerals Mining Industry Conference-Expo 2022 dengan tema Mineral Kritis dan Strategis untuk Mendukung Industri Nasional. Kegiatan berlangsung dua hari 29-30 November di Bandung, Jawa Barat.

Plh Dirjen Minerba, Idris Froyoto Sihite menyebut bahwa acara ini merupakan upaya pemerintah untuk membangun, mengembangkan dan memperkuat industri berbasis mineral dalam negeri yang berdaya saing.

“Seminar ini dilaksanakan dalam rangka optimalisasi dan kolaborasi antara pemangku kepentingan untuk membangun, memperkuat dan mengembangkan produk industri nasional berbasis mineral yang unggul dan berdaya saing,” ujar Idris dalam sambutannya.

Menurut dia, momentum ini menjadi forum ilmiah untuk membahas temuan yang telah dilakukan oleh Tim penyusunan kriteria dan pengelompokan mineral kritis Indonesia yang diinisiasi oleh Ditjen Minerba. Dijelaskan, sejauh ini sudah ada 45 komoditas yang dikategorikan sebagai mineral kritis dan 5 komoditas mineral strategis.

“Ini inisiasi pertama dan saya pikir ini monumental buat kita. Tim telah menghasilkan 45 komoditas yang termasuk mineral kritis dan 5 komoditas yang termasuk mineral strategis,” jelasnya.

Idris kemudian menjelaskan bahwa lima komoditas mineral yang memiliki nilai strategis yaitu emas, tembaga, timah, alumunium, dan nikel.

“Antara lain emas sebagai cadangan devisa negara, tembaga, timah, aluminium dan nikel,” imbuhnya.

Sementara kategori mineral kritis tiap negara memiliki arti yang berbeda-beda tergantung ketersediaan di dalam negeri dan ketahanan industri masing-masing negara.

Untuk diketahui, mineral kritis sangat diperlukan untuk penyediaan energi ramah lingkungan, mendukung proses transisi energi (energy metals) serta menyokong industri teknologi tinggi (high-tech metals).

Harga mineral kritis menjadi mahal karena karakternya yang sulit ditemukan, sulit diekstraksi dalam jumlah ekonomis, dan sulit disubstitusi oleh logam atau material lain.

“Kita sama sama membahas ke depan seperti apa minerba ini terutama untuk kategori mineral kritis. Dengan kegiatan ini bisa mendapatkan ide, rumusan, kebijakan dan strategi yang lebih komprehensif sehingga betul-betul memberikan manfaat kepada seluruh masyarakat Indonesia,” pungkasnya.

Turut hadir sebagai pembicara, Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Eddy Soeparno, Kepala Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi, Hariyanto, Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Marves, Septian Hario Seto, Direktur Industri Logam Ditjen Ilmate Kemenperin, Liliek Widodo, Akademisi dari Kampus ITB, Prof Syoni Soepriyanto.