Beranda Batubara Dua Permintaan Pelaku Usaha Terkait Nilai Tambah Batu bara

Dua Permintaan Pelaku Usaha Terkait Nilai Tambah Batu bara

ilustrasi

Jakarta-TAMBANG. Dalam kondisi pasar batu bara global yang tidak menentu, pasar domestik menjadi harapan kalangan pengusaha batu bara saat ini. Oleh karenanya menjadi tantangan ke depan adalah bagaimana meningkatkan konsumsi dalam negeri. Selain di sektor listrik yang menjadi konsumen utama, peningkatan nilai tambang dapat menjadi salah satu cara meningkatkan konsumsi dalam negeri.

Terkait hal ini, Dirjen Minerba R Sukhyar menjelaskan bahwa pihaknya telah bertemu dengan APBI,Perhapi dan kalangan pengusaha di sektor batu bara. Terkait peningkatan nilai tambah di sektor batu bara, kalangan pengusaha meminta dua hal. Pertama terkait masa kontrak dan yang kedua terkait insentif fiscal.

“Permintaanya untuk perusahaan yang melakukan kegiatan terintegrasi antara pertambangan dengan peningkatan nilai tambah dari sisi operasi pertambangan diperpanjang lebih dari tenggat waktu yang ditetapkan dalam UU Minerba,”kata Sukhyar kepada Majalah TAMBANG.

Seperti diketahui sesuai regulasi yang berlaku saat ini kontrak pertambangan berlangsung selama 20 tahun kemudian diperpanjanga selama 10 tahun dan kemudian diperpanjang lagi 10 tahun berikutnya. “Mereka meminta supaya waktunya diperpanjang menjadi 30 tahun dan mendapat kepastian untuk diperpanjang lagi. Jadi untuk usaha yang terintegrasi memang sebaiknya memang diberi waktu 30 tahun,”terang Sukhyar .

Selain terkait masa kontrak yang diperpanjang, kalangan pengusaha batu bara juga meminta ada insentif fiskal. “Ini khan juga industri marginal dengan investasi besar sehingga dibutuhkan insentif fiskal. Bisa dalam bentuk tax allowance atau tax holyday, “kata mantan Kepala Badan Geologi ini. Memang ada persyaratan yang harus dipenuhi seperti industri pionir, investasinya besar dan menyerap tenaga kerja banyak.

Sukhyar juga tidak melihat persoalan teknologi sebagai masalah karena menurutnya saat ini sudah ada banyak teknologi yang komersial. “Saya kira sekarang ini sudah banyak yang komersial. Saat ini sudah ada perusahaan tambang milik Pak Jeffrey (Jeffrey Mulyono) yakni PT Pesona Katulistiwa Nusantara yang melakukan kegiatan peningkatan nilai tambah. Kalau ini sudah jalan dengan baik mungkin akan semakin banyak yang melakukannya,”kata Sukhyar.

Sebagaimana diketahui PT Pesona Katulistiwa Nusantara sedang membangun pabrik peningkatan kualitas batu bara. Dengan potensi sumber daya batu bara 3.200 kkal yang dimiliki, perusahaan akan meningkatkan kualitasnya menjadi egiatan pengolahan peningkatan mutu kualitas batubara alias upgrading coal. Pabrik upgrading milik Pesona memerlukan bahan baku batubara berkalori 3.200 kkal/kg mencapai 1,2 juta ton per tahun. Proses pengolahan tersebut menghasilkan batubara dengan kualitas 5.000 kkal/kg dengan jumlah volume mencapai 700.000 ton per tahun.

Selain PT Pesona Katulistiwa Nasional, BUMN tambang batu bara PTBA juga akan membangun pabrik pengolahan batu bara kalori rendah.

Menurut Sekretaris Perusahaan Joko Pramono, saat ini PTBA sedang mempersiapkan diri untuk masuk dalam usaha coal utilisasi, seperti loal liquefaction, coal gasification, serta utilisasi batubara menjadi produk turunan lainnya.

Salah satu langkah konkretnya, PTBA melakukan due dilligence untuk akuisisi teknologi batubara cair Cat-HTR (Catalic Hydro-Thermal Reactor) yang dimiliki Ignite Energy Resources Ltd. (IER) dari Australia. Ini merupakan teknologi untuk mengolah batubara jenis lignite menjadi minyak mentah sintetis (synthetic crude oil) yang lebih lanjut dapat diolah menjadi minyak diesel, avtur dan gasoline. Selain itu, teknologi Cat-HTR juga dapat mengolah batubara ligninte menjadi batubara kalori tinggi (coal upgrading).

Bahkan batubara jenis lignite dari PTBA yang sudah menjalani uji-coba di pabrik pengolahan milik IER ternyata berhasil dengan mengolah tiga ton batubara lignit menjadi 1 barel minyak mentah sintetis dan 0,6 ton batubara denga kalori 7.000 kcal/kg, atau setara dengan batubara jenis lignite yang sangat dibutuhkan oleh industri metalurgi. Keberhasilan dalam teknologi uji-coba ini juga ditunjang dengan biaya yang cukup murah sehingga secara bisnis dapat memberikan profit yang sangat menjanjikan.

Sementara itu PTBA sendiri memiliki cadangan batubara jenis lignite dalam jumlah yang cukup besar dari 7,3 miliar sumberdaya batubara yang dimiliki perusahaan. Dengan teknologi Cat-HTR, batubara lignit PTBA sangat berpotensi untuk ditingkatkan nilai keekonomiannya.

Atas dasar kehandalan dan keunggulan teknologi Cat-HTR yang sangat menguntungkan ini PTBA lebih memilih untuk membeli saham IER Ltd. Pada tahap awal PTBA akan mengakuisisi saham IER Ltd. Sekitar 20-30 persen. Saat ini masih dalam tahap penyelesaian due diligence dan negosiasi.

Langkah  PTBA dalam melakukan benifisiasi batubara baik berupa coal upgrading pencairan batu bara, gasifikasi batu bara, serta masuk dalam bisnis energi terbarukan merupakan strategi pencapian visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang ramah lingkungan. (Egenius)