Beranda Tambang Today ESDM Tambah Pembangkit 40 Gigawatt Dalam 10 Tahun, 52 Persen Dari EBT

ESDM Tambah Pembangkit 40 Gigawatt Dalam 10 Tahun, 52 Persen Dari EBT

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Jeneponto. (Foto: Kementerian ESDM)

Jakarta, TAMBANG – Pemerintah berencana akan menambah kapasitas pembangkit listrik sekitar 40.000 gigawatt dalam 10 tahun ke depan. Dalam upaya penggalakkan energi hijau yang ramah lingkungan, nantinya sekitar 52 persen pasokan tersebut berasal dari Energi Baru Terbarukan (EBT).

Hal ini disampaikan Direktur Jenderal Ketenagalistrikan, Rida Mulyana saat memberi kuliah umum kepada peserta program Merdeka Belajar Kampus Merdeka Gerakan Insiatif Listrik Tenaga Surya (Gerilya) di Jakarta, dikutip dari keterangan resmi, Jumat (24/9).

Rida menjelaskan bahwa penambahan pasokan listrik sebagai bagian dari antisipasi atas meningkatnya demand sesuai hasil prognosis Kementerian ESDM.

“Kita pastikan dari tambahan 40 gigawatt selama 10 tahun ke depan, hampir 52 persen berbasis EBT berbagai jenis,” kata Rida.

Menurut Rida kapasitas pembangkit listrik hingga bulan Juni 2021 sebesar 73.341 megawatt. Saat ini, pembangkit berbasis fosil, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) masih berperan penting sebagai penopang produksi listrik dengan porsi yang masih dominan.

“Secara generation cost, PLTU memang masih murah. Jadi biar tarif listriknya tidak mahal ke rakyat sehingga meningkatkan daya beli masyarakat dan membuat industri makin kompetitif,” ungkap Rida.

Lebih lanjut Rida menjelaskan, pada komposisi tersebut PLTU mendominisasi sebesar 47% atau sekitar 34.856 megawatt , disusul PLTG/GU/MG 20.938 megawatt (28%), PLTA/M/MH 6.255 megawatt (9%), PLTD 4.932 megawatt (7%), PLTP 2.174 megawatt (3%), PLTU M/G 2.060 megawatt (3%), dan PLT EBT lainnya 2.215 megawatt (3%).

“Betul, (komposisi) ini tidak bisa dipertahankan terus menurus. Meskipun kita punya banyak batubara. Lambat laun akan habis,” pesan Rida.

Sementara dari sisi produksi listrik, realisasi volume PLTU hingga periode yang sama jauh besar sebesar, yaitu 65,30% atau dari membutuhkan batubara sebesar 32,76 juta ton. Sisanya dipasok dari gas 17% (184.079 BBTU), Air 7,05%, Panas Bumi 5,61%, BBM 3,04%, BBN 0,31%, Biomassa 0,18%, Surya 0,04% dan EBT lainnya 0,14%.

“Kita harus keluar dari sini untuk menghasilkan yang lebih hijau, bersih, suistain, dan ini jadi tanggung jawab bersama,” kata Rida.

Dari segi infrastruktur pendukung lainnya, penyaluran tenaga listrik nasional hingga Juni 2021 menunjukkan adanya pembangunan transmisi sepanjang 62.440 kilometer sirkuit (kms), gardu induk 151.698 sebesar Mega Volt Ampere (MVA), jaringan distribusi sebesar 1.013.217 kms, dan gardu distribusi sebesar 62.345.606 MVA.