Beranda Event Freeport Terhuyung, Peabody Limbung

Freeport Terhuyung, Peabody Limbung

 

JAKARTA, TAMBANG. TURUNNYA harga komoditi, yang diakibatkan oleh melemahnya perekonomian Cina, membuat peringkat kesehatan ekonomi sejumlah perusahaan terkemuka diturunkan. Selasa ini, Christopher LaFemina, analis pada kantor konsultan Jefferies, ikut menurunkan peringkat perusahaan penjual komoditi tambang.

 

Sebagaimana dikutip media The Street, dia menurunkan peringkat Freeport McMoran menjadi ‘’simpan —hold’’, dari sebelumnya ia menyarankan ‘’beli– buy’’. Perusahaan energi Peabody Energy ia turunkan peringkatnya menjadi ‘’kinerja di bawah —underperform’’, dari sebelumnya ‘’tahan’’.

 

Dalam hal Freeport, penurunan peringkat itu diakibatkan oleh rendahnya proyeksi harga tembaga, risiko yang dihadapi tambangnya di Indonesia, serta kemungkinan Freeport menjual asetnya, seperti unit minyak dan gas. LaFemina juga mengatakan, sulit bagi Freeport untuk memperbaiki neracanya lagi. Bahkan, peluang itu seperti sudah tertutup, bila melihat situasi harga komoditi saat ini.

 

‘’Penjualan aset tak akan berdampak penting, karena aset Freeport dijual dengan harga murah,’’ kata LaFemina. Sejauh ini, Freeport telah mengumumkan sejumlah langkah untuk memangkas biaya, termasuk menunda pemberian deviden dan menyunat biaya.

 

Freeport, yang berkantor pusat di Arizona, Amerika Serikat, itu memiliki hutang sebesar US$ 20 miliar. LaFemina melihat, saat ini tak ada jalan lain bagi Freeport untuk memangkas hutang kecuali dengan cara mendapatkan dana segar melalui penerbitan saham baru. Dana hasilnya untuk membayar hutang.

 

Senin lalu, harga saham Freeport di Bursa New York anjlok 20%, menyusul turunnya harga tembaga sebesar US$ 2 per pound.

 

Sementar itu, LaFemina menurunkan peringkat Peabody Energy, perusahaan tambang batu bara asal Missouri, Amerik aSerikat. Peabody memiliki US$6 miliar hutang. Total hutang bersihnya 22,3 kali perkiraan EBITDA pada 2016, sebagaimana dihitung Peabody. Rasio hutang terhadap penghasilan di atas lima dipandang sebagai tanda bahwa si perusahaan bakal menemui kesulitan untuk membayar kewajibannya.

 

Dengan harga batu bara yang murah, dollar yang menguat, serta melemahnya permintaan dari Cina, membuat LaFemina menilai Peobody tak bakal punya duit cukup untuk membayar kewajibannya.

 

Situasi lebih buruk sudah terjadi pada Arch Coal, perusahaan tambang batu barajuga dari Missouri, Amerika Serikat. Senin lalu Arch Coal mengajukan perlindungan dari kebangkrutan.