Beranda Batubara Harga Batu Bara Acuan Kembali Naik

Harga Batu Bara Acuan Kembali Naik

ilustrasi

TAMBANG, JAKARTA. KEMENTERIAN Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan harga batu bara acuan untuk jenis termal pada  September ini US$63,93/ton, harga FOB. Harga ini menunjukkan adanya kenaikan 9,5% dari Agustus lalu.  HBA bulan September, untuk sementara merupakan harga tertinggi selama 2016.

 

Harga batu bara acuan terus-menerus menguat, sejak Mei lalu, akibat adanya pengurangan pasokan dan kuatnya permintaan dari Cina. Kenaikan HBA Agustus 2016 melanjutkan trend kenaikan HBA selama dua bulan sebelumnya, Juni 2016 dan Juli 2016. Bila dibandingkan dengan HBA Agustus 2015 USD 59,14 (year on year) maka HBA Agustus 2016 turun tipis sebesar USD 0,77 atau turun 1,3%.

 

Nilai HBA adalah rata-rata dari empat  indeks harga batu bara yang umum digunakan dalam perdagangan batu bara yaitu: Indonesia Coal Index, Platts59 Index, New Castle Export Index, dan New Castle Global Coal Index. HBA menjadi acuan harga batu bara pada kesetaraan nilai kalor batubara 6.322 kkal/kg Gross As Received (GAR), kandungan air (total moisture) 8%, kandungan sulphur 0,8% as received (ar), dan kandungan abu (ash) 15% ar.

 

Berdasarkan HBA, selanjutnya dihitung Harga Patokan Batubara (HPB),  yang besarnya tergantung pada kualitas batu bara yaitu: nilai kalori batu bara, kandungan air, kandungan sulfur, dan kandungan abu sesuai dengan merek dagang utama batu bara  atau sering disebut dengan HPB Marker.

 

Ada delapan jenis batu bara yang jadi acuan. Pada  Agustus lalu, situasinya sebagai berikut:

  1. Gunung Bayan I    : US$ 62,42 (naik 10,3% dibandingkan HPB Juli 2016)
  2. Prima Coal           : US$  63,97 (naik   9,3% dibandingkan HPB Juli 2016)
  3. Pinang 6150          : US$ 57,80 (naik   9,3% dibandingkan HPB Juli 2016)
  4. Indominco IM_East     : US$ 47,95 (naik 10,0% dibandingkan HPB Juli 2016)
  5. Melawan Coal    : US$ 47,60 (naik   8,8% dibandingkan HPB Juli 2016)
  6. Enviro Coal        : US$ 45,45 (naik   8,1% dibandingkan HPB Juli 2016)
  7. Jorong J-1        : US$ 36,57 (naik   8,2% dibandingkan HPB Juli 2016)
  8. Ecocoal        : US$ 33,64 (naik   7,9% dibandingkan HPB Juli 2016)

 

Waskito Tanuwijoyo, salah seorang praktisi batu bara mengatakan, kenaikan HBA ini dipengaruhi kebijakan Pemerintah Cina yang menutup sebagian tambangnya, karena letak antara tambang dengan pemakainya terlalu jauh. ‘’Lebih murah impor. Itu sebabnya mengapa terjadi kenaikan impor,’’ kata alumni Teknik Geologi UGM ini.

 

Waskito, yang selama ini banyak berdagang dengan pembeli dari India mengatakan, permintaan dari India juga cenderung meningkat karena beberapa PLTU selesai dibangun, sehingga permintaan batu bara juga meningkat.

 

Singgih Widagdo, pengamat batu bara yang juga pengurus pusat Ikatan Ahli Geologi Indonesia berpendapat senada. ‘’Di Cina terjadi pengurangan jam kerja tambang. Akibatnya produksi berkurang,’’ katanya. Pengurangan produksi yang terjadi sekitar 200 juta ton. Padahal, terdapat kenaikan permintaan sekitar 80 juta ton. ‘’Itu memicu kenaikan harga,’’ kata Singgih.