Beranda Event Harita Nickel Komitmen Tingkatkan Nilai Tambah Melalui Hilirisasi

Harita Nickel Komitmen Tingkatkan Nilai Tambah Melalui Hilirisasi

Jakarta, TAMBANG – Perusahaan pertambangan dan hilirisasi, Harita Nickel berkomitmen meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi nikel mulai dari kadar tinggi maupun kadar rendah. Hal ini diungkapkan Direktur Harita Group, Tonny H Gultom saat Indonesia Nickel Summit yang diselenggarakan Majalah TAMBANG di Nusa Dua, Bali beberapa waktu lalu.

Menurutnya, pengolahan nikel kadar tinggi dengan menggunakan teknologi piromatalurgi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) berada di bawah dua anak usahanya yakni PT Megah Surya Pertiwi dan PT Halmahera Jaya Feronikel (HJF).

Di samping itu, perusahaan yang terletak di Kabupaten Halmahera Selatan ini juga mengembangkan sistem pemurnian nikel kadar rendah dengan menggunakan teknologi Hidrometalurgi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Pabrik di bawah kendali PT Halmahera Persada Lygend (HPAL) yang juga merupakan anak usaha Harita.

“Teknologi ini merupakan industri pionir di Pulau Obi, Maluku Utara yang memanfaatkan bahan baku nikel kadar rendah (limonit). Sebelum HPAL, nikel kadar rendah tidak dimanfaatkan, hanya diperlakukan sebagai overburden,” ungkap Tonny.

Dalam prosesnya, HPAL menggunakan air laut dan memiliki energi rendah yang ramah lingkungan. Adapun proses ekstraksi melibatkan pelindian bijih limonit dengan asam sulfat.

Menurut Tonny, produk dari HPAL nantinya berupa nikel sulfat yang diprediksi mencapai 247.000 ton per tahun dan kobal sulfat mencapai 32.000 ton per tahun.

Selain itu, ada juga produk intermediate yakni Mixed Hydroxide Percipitate (MHP), campuran nikel dan kobal sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.

“Hasil HPAL adalah Mixed Hydroxide Percipitate (MHP), bahan baku baterai listrik,” imbuh pria yang akrab dipanggil Gultom ini.

Dia kemudian menyampaikan bahwa nikel utamanya masih digunakan sebagai bahan dalam pembutan stainless yang pangsa pasarnya diprediksi turun menjadi 47% pada tahun 2050. Hal ini lantaran prekursor baterai untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi menjadi semakin penting.

“Kedepannya, penggunaan nikel adalah untuk baterai listrik. Solar PV dan kendaraan listrik akan dikembangkan secara masif, ditargetkan untuk mendukung penyediaan 2 juta kendaraan roda empat dan 13 juta roda dua,” ungkapnya.