Beranda Tambang Today Umum Indeks Dolar Melemah, Ini Pemicunya

Indeks Dolar Melemah, Ini Pemicunya

Sumber: Freepik

Jakarta, TAMBANG – Indeks dolar pada hari ini, Jumat (17/3) terpantau melemah. Sentimen risiko yang membaik setelah otoritas dan bank bergerak mengurangi tekanan sistem keuangan di pasar utama, menjadi salah satu pemicu merosotnya mata uang Amaerika Serikat tersebut.

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menyebut hal ini juga yang menghilangkan panas dari mata uang utama lainnya yang jatuh di awal minggu setelah gejolak perbankan.

“Bank-bank besar AS pada hari Kamis menyuntikkan USD 30 miliar deposito ke First Republic Bank, terjun untuk menyelamatkan pemberi pinjaman, yang terjebak dalam krisis yang meluas yang dipicu oleh runtuhnya dua bank menengah AS lainnya selama masa lalu. Pecan,” ujar Ibrahim dalam analisisnya.

Paket penyelamatan USD 30 miliar, yang dikumpulkan oleh pialang-pialang berkuasa dari Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan bank-bank, mengikuti pengumuman Credit Suisse sebelumnya pada hari Kamis bahwa mereka akan meminjam hingga USD 54 miliar dari Bank Nasional Swiss.

“Tetapi bahkan ketika penurunan 30% di saham pemberi pinjaman Swiss memicu kekhawatiran tentang kesehatan bank-bank Eropa, Bank Sentral Eropa (ECB) tetap melanjutkan dengan kenaikan suku bunga 50 basis poin yang lumayan pada pertemuan kebijakannya pada hari Kamis,” imbuh dia.

Kondisi ini membuat Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global 2023 diperkirakan lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Pertumbuhan dapat mencapai 2,6 persen sejalan dengan dampak positif pembukaan ekonomi Tiongkok dan penurunan disrupsi suplai global.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Eropa lebih baik dari proyeksi sebelumnya dan diikuti oleh risiko resesi yang menurun. Perbaikan prospek ekonomi global itu diperkirakan menaikkan harga komoditas non-energi di tengah harga minyak yang menurun akibat berkurangnya disrupsi suplai global.

“Perkembangan positif ekonomi global itu dan ekspektasi kenaikan upah karena keketatan pasar tenaga kerja di AS dan Eropa mengakibatkan proses penurunan inflasi global khususnya di kedua belahan dunia itu berjalan lebih lambat sehingga mendorong kebijakan moneter ketat negara maju berlangsung lebih lama sepanjang 2023,” ungkapnya.

Menurut Ibrahim, dalam penutupan pasar akhir pekan, mata uang rupiah ditutup menguat 44 point, walaupun sebelumnya sempat melemah 10 point dilevel Rp. 15.345 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.389.

“Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp. 15.330 – Rp. 15.400,” pungkasnya.