Beranda ENERGI Migas Indonesia – Iraq Ingin Tingkatkan Kerjasama Produksi Minyak

Indonesia – Iraq Ingin Tingkatkan Kerjasama Produksi Minyak

 

TAMBANG, BAGHDAD. MENTERI Perminyakan Iraq, Jabbar Al Allibi, pecan lalu menerima Duta Besar Indonesia untuk Iraq, Bambang Antariksa, di kantornya, di Baghdad. Jabbar dan Bambang membicarakan upaya untuk memperkuat kerjasama perminyakan antara Iraq dan Indonesia.

 

Jabbar mengatakan, Iraq memiliki hubungan baik dengan Indonesia di bidang minyak dan gas. Ia mengundang pihak Indonesia, baik BUMN maupun swasta, untuk berinvestasi di Iraq, baik itu di bidang pemboran, pengolahan, maupun mengembangkan fasilitas produksi yang sudah ada. Kontrak investasi akan dimulai pada 2017.

 

Jabbar mengajak siapapun, termasuk pihak Indonesia, agar tak sungkan menyampaikan masalah yang dihadapi di lapangan, untuk bersama-sama dipecahkan. Bambang Antariksa menyambut baik ajakan Jabbar. ‘’Pemerintah Indonesia akan bekerjasama dengan Pemerintah Iraq, di berbagai bidang,’’ lanjutnya.

 

Indonesia memang tengah mengincar minyak Iraq. Bila minyak Indonesia cenderung berkurang, Iraq terus bertambah. Sejak zama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, upaya mendapatkan minyak dari Iraq itu dilakukan. Pada 2013, Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo mengatakan bahwa Pertamina menandatangani pembelian minyak dari Iraq, sebanyak 65.000 barel per hari, dan bisa ditambah menjadi 300.000 barel per hari.

 

Saat ini, Pertamina memiliki 10% saham di sumur minyak West Qurna 1, sehingga bisa mendapatkan bagian minyak 160.000 barel per hari. Sayangnya minyak dari West Qurna 1 itu belum bisa diolah di dalam negeri. Jenis minyaknya dinilai tidak cocok untuk kilang di dalam negeri.

 

Akhir Agustus lalu, Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto dalam jumpa pers mengatakan, minyak dari Irak itu diolah di Singapura, sambil menunggu selesainya renovasi kilang di dalam negeri. Direncanakan setelah Desember, minyak dari Iraq itu bisa diolah di dalam negeri.

 

Dengan pengolahan minyak di Singapura itu, impor minyak jenis premium akan berkurang, dari 7 juta barel menjadi 6 juta barel, per bulan.