Beranda Tambang Today Indonesia Tuan Rumah 11th ASOMM JWG, Tambang Rakyat dan Tambang Skala Kecil...

Indonesia Tuan Rumah 11th ASOMM JWG, Tambang Rakyat dan Tambang Skala Kecil Dibahas Mendalam

Indonesia

Bali, TAMBANG – Indonesia menjadi tuan rumah the 11th ASOMM Joint Working Group Meeting and Its Associated Meetings (ASOMM JWG ke-11). Kegiatan yang dihadiri delegasi negara-negara ASEAN ini berlangsung di Bali pada 29 April sampai 3 Mei 2024.

Rangkaian acara selama sepekan dibuka dengan diskusi bertajuk ASEAN-IGF Workshop on Formalisation of Artisanal and Small Scale Mining. Diskusi tersebut membahas tentang pertambangan rakyat dan pertambangan skala kecil secara mendalam. Ada pemaparan hasil survei dasar yang dilakukan pada 2023, pemaparan terkait ASM di negara-negara ASEAN juga paparan dari para ahli yang selama ini berkecimpung dalam penanganan pertambangan tradisional dan skala kecil.

Direktur Pembinaan Program Mineral dan Batubara, Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Julian Ambassadur Shidiq dalam sambutannya menegaskan pentingnya kegiatan ini. “Dalam kegiatan ini, kita akan melihat kebijakan pemerintah serta pengembangan teknologi yang berguna untuk memperbaiki regulasi dan mencapai kemajuan teknologi secara khusus di pertambangan rayat dan pertambangan skala kecil,” terang Julian dihadapan para delegasi yang hadir pada Senin, (29/4).

Ia menambahkan lewat presentasi, sesi sharing dan perspektif para ahli, kita akan mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang kompleksitas di ASM dan menentukan strategi ke depan.

“Diharapkan bersama dengan negara ASEAN lainnya, kita akan membangun dan mengadopsi beberapa prinsip penting dalam pertambangan mineral yang berkelanjutan di seluruh Kawasan ASEAN dan memperbaiki yang belum sempurna yang terjadi selama ini,”tandasnya.

Oleh karenanya Ia mengajak semua peserta untuk memanfaatkan kegiatan ini untuk berbagi informasi dan berkolaborasi yang lebih kuat dalam mewujudkan pertambangan yang berkelanjutan dan inklusif.

Sementara Marie Gail de Sagon, Head of Energy and Minerals Division ASEAN Secretariat menyebut kegiatan ini sebagai tonggak sejarah dalam upaya mengintegrasikan dan memformalkan ASM di wilayah ASEAN.  Hal ini sejalan dengan rencana kerja ASEAN-IGF di periode 2022-2024, dan merupakan inisiatif yang terfokus lewat jalur aksi terkait ASM di bawah Rencana Aksi Kerja Sama Mineral ASEAN.

“Agenda hari ini meliputi tiga sesi utama yang dirancang untuk membangun pemahaman kolektif tentang cara mengintegrasikan ASM secara efektif ke dalam perekonomian formal dan memanfaatkan praktik internasional terbaik yang disesuaikan dengan konteks regional yang unik,” tandas Marie.

Disebutkan bahwa tantangan ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial yang ditimbulkan oleh ASM sangat besar, tapi begitu juga dengan hasilnya. “Kami juga mempertimbangkan peluang ini. Keberhasilan dalam memformalkan ASM melalui peraturan yang lebih baik tidak hanya akan meningkatkan pendapatan atau dampak sosial-ekonomi tetapi juga memperluas akses pasar dan peluang investasi.

“Kolaborasi yang kami bina saat ini akan membantu meletakkan dasar bagi kebijakan percontohan, berpotensi menjadi percontohan transformasi pertambangan rakyat dan pertambangan skala kecil di wilayah kita. Hasil dari lokakarya ini juga akan secara langsung mempengaruhi Visi Pertambangan ASEAN yang akan datang dan berkontribusi terhadap pembangunan berkelanjutan yang kita semua cita-citakan,” ungkapnya. 

Marie menegaskan Divisi Energi dan Mineral Sekretariat ASEAN siap mendukung dan memfasilitasi serta melayani tujuan kolektif negara-negara Anggota ASEAN.

“Sekali lagi terima kasih kepada seluruh penyelenggara, pakar, dan peserta atas dedikasinya. Mari kita mengikuti lokakarya yang produktif dan membuat tonggak sejarah dalam perjalanan kita,” tutupnya.

Dalam nada yang hampir sama, Policy Advisor and Coordinator for Asia Pacific, ASEAN and Europe IGF, Murtiani Hendriwardani menegaskan pertambangan rakyat dan skala kecil atau ASM lazim terjadi di negara berkembang. Dari Asia, Afrika, dari Amerika Latin, Karibia, dan Pasifik dalam kegiatan semacam ini.

“Ini adalah sektor yang kompleks dan terdiversifikasi, mulai dari penambang perorangan, suami dan istri, keluarga kecil, dan yang dulunya mencari penghidupan subsisten, ke entitas skala kecil yang lebih formal, koperasi, dan perusahaan lokal. Satu hal yang pasti, ASM merupakan sumber penghidupan yang penting bagi banyak komunitas lokal dan global,” tandas Murtiani.

Sejauh ini menurutnya ASM telah membantu mendorong perekonomian kita dan telah dan akan terus menjadi sumber penting mineral dan logam, yang biasa disebut sebagai mineral penting dan strategis. Mineral mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari, transisi energi, transformasi digital, dan masa depan rendah karbon. Namun di sisi lain ada sejumlah risiko dari kegiatan penambangan ASM ini.

Oleh karenanya Ia berharap ada kolaborasi berkelanjutan untuk mengatasi tantangan dan juga memanfaatkan peluang untuk mendukung dan mengelola ASM dengan cara yang lebih efektif dan inklusif.

“Kita ini memastikan ada penghidupan yang berkelanjutan, peluang ekonomi, keamanan sosial-ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesetaraan dalam kegiatan pertambangan ASM,” tutupnya.