Beranda Korporasi Ini Kinerja SCG Hingga Kuartal III-2025

Ini Kinerja SCG Hingga Kuartal III-2025

Jakarta,TAMBANG,- Di tengah perlambatan ekonomi global yang masih berlangsung, The Siam Cement Group (SCG), sebagai pemimpin bisnis di kawasan regional, berhasil mempertahankan kinerja. Pada kuartal III ini SCG berhasil dengan mencatat laba sebelum kerugian persediaan dan restrukturisasi sebesar Rp402 miliar (US$ 23 juta). Padahal perusahaan membukukan rugi periode berjalan sebesar Rp347 miliar (US$ 20 juta).

Perusahaan akan tetap fokus pada upaya memperkuat daya saing dan keberlanjutan jangka panjang di seluruh kawasan ASEAN, termasuk Indonesia. Ada empat strategi utama yang yang akan dijalankan perusahaan mulai dari mempertahankan disiplin keuangan yang berkelanjutan, melakukan sentralisasi produksi untuk menghilangkan redundansi, meningkatkan optimalisasi regional, serta memperluas produk dan layanan Smart Value, HVA, dan Green.


Thammasak Sethaudom, Presiden dan CEO SCG menyebutkan ekonomi global pada kuartal III/2025 masih berada di bawah tekanan akibat perang dagang, tarif impor Amerika Serikat, serta berlanjutnya konflik Rusia–Ukraina. Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 3,2% pada tahun 2025 dan 3,1% pada tahun 2026.

“SCG menilai bahwa gejolak ekonomi saat ini akan berlangsung dalam jangka panjang dan ditandai dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi, baik dari faktor eksternal maupun domestik. Oleh karena itu, sejak tahun lalu perusahaan telah mulai beradaptasi dengan menjaga disiplin keuangan yang ketat, menekan biaya, melakukan sentralisasi produksi untuk menghilangkan redundansi, restrukturisasi operasional bisnis, serta mengembangkan produk Smart Value, HVA, dan Green untuk memenuhi kebutuhan pasar di seluruh segmen sekaligus memperluas pasar baru. Upaya-upaya tersebut telah menghasilkan arus kas yang kuat serta kinerja bisnis yang stabil,” terang Thammasak.

Dijelaskan juga pada kuartal III/2025, SCG mempertahankan EBITDA yang kuat sebesar Rp7.368 miliar (US$ 428 juta). Perusahaan melaporkan Laba sebesar Rp402 miliar (US$ 23 juta). Pendapatan dari Penjualan mencapai Rp63.237 miliar (US$ 3.678 juta), turun 2% dibandingkan kuartal sebelumnya, terutama dipengaruhi oleh faktor musiman di bisnis semen dan konstruksi, serta penurunan penjualan dari SCGP.

Kinerja Utama Unit Bisnis SCG Kuartal III/2025

Meskipun terjadi perlambatan musiman di sektor konstruksi, Unit Bisnis Cement and Green Solutions mencatatkan laba sebesar Rp822 miliar (US$ 48 juta), didukung oleh inisiatif restrukturisasi biaya dan ekspansi berkelanjutan pasar Low Carbon Cement di ASEAN. 

SCG Decor mencatat laba sebesar Rp158 miliar, didorong oleh manajemen biaya yang efektif serta fokus pada pengembangan produk High Value Added (HVA) dan produk dengan pertumbuhan tinggi yang memenuhi kebutuhan konsumen modern. Sedangkan SCG Smart Living dan SCG Distribution and Retail mencatat laba gabungan sebesar Rp31 miliar (US$ 2 juta). Capaian ini didukung oleh percepatan pengurangan biaya melalui pemanfaatan AI dan sistem automation, serta pengelolaan bahan baku yang efisien. 

SCGC membukukan rugi sebesar Rp2.076 miliar (US$ 121 juta) yang terjadi karena bisnis ini masih menghadapi penyempitan margin harga produk kimia. Namun demikian, perusahaan tetap mempertahankan tingkat pemanfaatan produksi yang tinggi sebesar 85–90%, melebihi rata-rata industri. Sementara itu, SCGP mencatat laba periode berjalan sebesar Rp495 miliar (US$ 29 juta).

Secara keseluruhan, industri packaging di ASEAN mengalami perbaikan, didorong oleh konsumsi domestik dan pemulihan ekspor, meskipun harga jual pulp dan kertas menurun.

Untuk periode 9 bulan pertama tahun 2025, EBITDA mencapai Rp23.111 miliar (US$ 1.344 juta), meningkat 15% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Laba Periode Berjalan tercatat sebesar Rp9.225 miliar (US$ 536 juta), meningkat 159%, sementara Pendapatan dari Penjualan mencapai Rp192.563 miliar (US$ 11.198 juta), mengalami penurunan 3%.

Sementara itu dalam dua belas bulan terakhir, SCG secara konsisten telah melaksanakan langkah-langkah untuk memperkuat posisi keuangannya. Modal kerja menurun sebesar Rp11.658 miliar (US$ 667 juta), utang bersih turun sebesar Rp17.417 miliar (US$ 997 juta), dan biaya keuangan berkurang sebesar Rp104 miliar (US$ 6 juta), atau turun 2%. Rasio utang bersih terhadap EBITDA tercatat 4,7 kali, dengan cash on hand yang tersedia pada akhir kuartal III/2025 sebesar Rp632.377 miliar (US$ 1.530 juta), mencerminkan manajemen keuangan perusahaan yang disiplin dan bijaksana.

Untuk operasi SCG di ASEAN tidak termasuk di Thailand), pendapatan dari penjualan untuk periode 9 bulan pertama 2025 mencapai Rp39.957 miliar atau seteara US$ 2.324 juta. Ini berarti ada kenaikan 6% secara tahunan. Operasi SCG di ASEAN tidak termasuk Thailand berkontribusi sebesar 21% terhadap total pendapatan dari penjualan SCG. Angka ini mencakup penjualan dari operasi lokal di setiap pasar ASEAN maupun ekspor dari operasi di Thailand.

Hingga September 2025, total aset SCG mencapai Rp452.357 miliar (US$ 25.891 juta), dengan aset SCG di ASEAN (tidak termasuk aset di Thailand) sebesar Rp214.957 miliar (US$ 12.303 juta), atau setara dengan 48% dari total aset konsolidasian SCG.

Di Indonesia, SCG mencatat Pendapatan dari Penjualan untuk periode 9 bulan pertama 2025 sebesar Rp14.047 miliar atau US$ 817 juta. Ini berarti ada kenaikan 8% secara tahunan, terutama dipengaruhi oleh kurs dari translasi mata uang asing (FX).