Beranda Batubara INTA Fokus ke Bisnis Non Tambang

INTA Fokus ke Bisnis Non Tambang

Jakarta-TAMBANG. Lesunya sektor pertambangan membuat PT Intraco Penta Tbk (INTA) mendiversifikasi bisnisnya dan fokus pada penjualan di sektor non-tambang seperti infrastruktur dan transportasi.

 

Head of Investor Relation INTA, Imam Liyanto menuturkan dari total penjualan sebesar Rp1,3 triliun dikuartal III-2014, penjualan alat berat di sektor tambang turun menjadi 63% dari 80%. Sementara, sektor non tambang mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk transportasi porsinya meningkat dari 6% menjadi 16%, sedangkan bisnis lainnya menyumbang 11% dari total penjualan.

 

“Saat ini sudah mulai menjalankan bisnis di sektor transportasi dengan menjual dan menyewakan alat berat seperti Dump Truck, Trailer Head dan produk terkait,” jelasnya saat paparan publik, Jumat (12/12).

 

Imam menambahkan, selain itu perseroan juga terus berupaya mengembangkan penjualan alat berat ke industri-industri lainnya seperti perkebunan, infrastruktur serta retail yang merupakan sektor penting di industri alat berat dengan menjual produk-produk yang merupakan General Purpose Equitment.

 

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama INTA, Petrus Halim mengungkapkan kondisi pertambangan yang sedang melemah seperti ini tidak menjadi beban perusahaan untuk terus menggenjot lini bisnis di sektor tambang. “Kondisi seperti ini tentu bukan kali pertama. Mesti mengalami penurunan kami akan tetap berusaha semaksimal mungkin,” pungkasnya.

 

Berdasarkan kinerja laporan keuangan pada kuartal III tahun 2014, laporan keuangan total pendapatan INTI mengalami penurunan sebesar 35,71% atau sebesar Rp 1.26 triliun dimana jauh lebih rendah dari pendapatan pada kuartal III tahun 2013 sebesar 1.96 triliun.

 

Dari nilai tersebut,berikut rinciannya dari pendapatan jasa Rp 192,89 miliar, pendapatan pembiayaan Rp 177,88 miliar, pendapatan manufaktur Rp 8,46 miliar, pendapatan penjualan atas suku cadang sebesar Rp 861,59 miliar serta pendapatan lain-lain sebesar Rp 23,77 miliar dan mampu mendapatkan laba sebesar Rp 2,58 miliar dimana laba tahun ini sangat kecil jika dibandingkan laba tahun sebelumnya sebesar Rp 178,81 miliar.

 

“Di penutupan akhir tahun, laba dipastikan naik. Tapi kami belum bisa menyebutkan angkanya, karena masih dalam proses audit,” tutur Petrus.