Beranda Batubara Jumlah Pembangkit Baru Batu Bara Turun 14%

Jumlah Pembangkit Baru Batu Bara Turun 14%

Mengatur batu bara untuk pembangkit. Sumber: acedmagazine.com

TAMBANG, JAKARTA. JUMLAH pembangkit listrik berbahan bakar batu bara, yang tahun ini dibangun, turun 14%. Penurunannya terutama disebabkan oleh kebijakan Pemerintah Cina yang mendorong pembangunan pembangkit listrik baru berbahan bakar energi bersih.

 

India juga melakukan kebijakan serupa. Pada semester pertama 2016, India mengurangi rencananya untuk membuat pembangkit listrik tenaga batu bara, karena pembangkit yang ada saja belum berfungsi optimal.

 

Kesimpulan itu didapatkan sebuah studi yang diadakan Global Coal Plant Tracker, lembaga swasta yang digerakkan oleh kelompok anti-batu bara Coal Swarm, dan disiarkan kantor berita Reuters hari ini. Hingga Juli ini, jumlah kapasitas total pembangkit listrik batu bara yang dibangun mencapai 932 gigawatt, atau turun 14% dibanding tahun lalu yang mencapai 1.090 gigawatt. Menurut data, terdapat pengurangan 158 GW, hampir sama dengan kapasitas pembangkit batu bara di seluruh Eropa, yang saat ini mencapai 162 GW.

 

‘’Penurunan ini terjadi karena beberapa faktor, tapi penyebab utamanya adalah makin kuatnya niat untuk menjaga  lingkungan, perubahan iklim, dan kesehatan,’’ kata Ted Nace, Direktur Coal Swarm.

 

Penurunan terbesar terjadi di Cina, sebesar 114 GW dari 406 GW yang direncanakan. Di India, penurunannya 40 GW. Di Filipina dan Indonesia, menurut catatan CoalSwarm, realisasi pembangunan juga tercatat menurun. Kenaikan terjadi di Mesir dan Mongolia.

 

Februari lalu, Pemerintah Cina mengumumkan niatnya untuk mengurangi produksi batu bara sebesar 500 juta ton, dalam 3-5 tahun mendatang, untuk mengurangi kelebihan pasokan. Laba industri batu bara juga cenderung turun akibat berkurangnya permintaan listrik serta makin tingginya harga batu bara. Beijing juga tengah mengurangi polusi, sehingga memangkas pemakaian batu bara.

 

Meski terjadi pengurangan, jumlah pembangkit listrik batu bara yang  sedang direncanakan dan dibangun masih melewati ambang batas untuk mencegah perubahan iklim.

 

Ben Caldecott, Direktur Program Keuangan Berlanjut pada University of Oxford’s Smith School mengatakan, faktor-faktor seperti harga energi terbarukan yang lebih murah, dan kekhawatiran terhadap terjadinya perubahan iklim, polusi, dan pencemaran air, menjadi pendorong berkurangnya pemakaian batu bara.

 

‘’Kecenderungan ini akan mempercepat berkurangnya pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara,’’ kata Ben Caldecott.

 

Jumlah pembangkit batu bara yang dipensiunkan lebih banyak ketimbang pembangkit baru yang dibangun, terutama di Amerika Serikat dan Eropa. Di Amerika Serikat, misalnya, dari 2003 hingga 2015 terdapat 23 GW pembangkit listrik berbahan bakar batu bara yang dibangun, sementara yang dipensiun mencapai 54 GW.