Vicharius DJ
[email protected]
Jakarta-TAMBANG. Sektor hulu migas kembali menjadi sorotan publik bersamaan dengan rencana pemerintah untuk menaikkan harga bbm bersubsidi. Penurunan produksi minyak nasional, hingga 790,000 barrel per hari dianggap sebagai satu-satunya alasan mengapa pemerintah harus mengimpor minyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Wakil Ketua Komite Hulu Migas Kadin Indonesia, Firlie Ganinduto mengatakan, industri hulu tidak bisa disalahkan atas fakta yang terjadi saat ini. Pembangunan infrastruktur hilir dan kapasitas kilang yang minim juga menjadi faktor penyebab kurang maksimalnya penyerapan minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri.
Menurut data yang dihimpun Kadin, Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 kilang di Indonesia dengan total kapasitas 1,046 ribu bph, namun dari total kapasitas kilang tersebut, hanya mampu memproduksi minyak sebanyak 700 ribu-800 ribu bph.
Sementara, konsumsi bahan bakar minyak Indonesia saat ini mencapai 1,5 juta-1,6 juta bph dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal itu membuat jumlah impor minyak dan bbm Indonesia terus tumbuh setiap tahunnya. Namun, kata Firlie, Kadin menyambut baik rencana Pertamina untuk menambah kapasitas kilangnya.