Beranda Korporasi Katoda Tembaga Freeport Jadi Produk Hijau, Kok Bisa?

Katoda Tembaga Freeport Jadi Produk Hijau, Kok Bisa?

katoda tembaga
Proses pembangunan Smelter konsentrat tembaga PTFI di Kawasan JIIPE Gresik. Dok: Istimewa.

Jakarta, TAMBANG – Katoda tembaga yang dihasilkan smelter PT Freeport Indonesia Tbk (PTFI) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur dipastikan menjadi produk hijau.

Sebab, PLN telah menyuplai kebutuhan energi hijau terhadap pabrik pemurnian itu melalui Renewable Energy Certificate (REC) sebesar 1.009.000 unit atau setara 1.009 GWh hingga tahun 2025. Sehingga katoda tembaga yang dihasilkannya dijamin menjadi produk hijau yang ramah lingkungan.

Kerja sama kedua belah pihak ditandai dengan penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) layanan Green Energy as Services REC di Surabaya, Jumat (08/03). Ini adalah kolaborasi lanjutan kedua belah pihak di mana sejak September 2023 PLN telah mulai memasok daya listrik untuk smelter PTFI di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur.

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan REC merupakan jawaban atas kebutuhan sektor industri dan bisnis dalam mendukung langkah dekarbonisasi di tanah air. Hal ini selaras dengan upaya Pemerintah dalam mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

“Sebagai lokomotif transisi energi di tanah air, PLN mendukung penuh kebutuhan sektor bisnis dan industri yang memiliki semangat terhadap suksesnya transisi energi di Indonesia. Untuk itu, kerja sama REC dengan Freeport kali ini makin membuktikan bahwa komitmen kita semakin kuat dalam mencapai emisi nol di tahun 2060,” ujar Darmawan.

Darmawan menambahkan pemerintah Indonesia memiliki semangat hilirisasi sehingga memberikan nilai tambah bagi bangsa. PLN sebagai jantung perekonomian Indonesia juga turut mendukung peningkatan daya saing bagi produk hilir dengan memasok energi bersih. Upaya bersama ini mampu meningkatkan nilai tambah bagi negara.

General Manager PLN Unit Induk Distribusi Jawa Timur, Agus Kuswardoyo menjabarkan bahwa REC merupakan bentuk layanan PLN untuk memudahkan pelanggan mendapatkan pengakuan internasional atas penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) yang transparan, akuntabel, dan diakui secara global. Setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT atau non fosil.

“Kami menyambut positif kerja sama dengan PT Freeport Indonesia ini. Selanjutnya kami siap menyuplai REC sebesar 1.009 GWh kepada PT Freeport Indonesia hingga tahun 2025,” kata Agus.

Agus mengatakan REC PLN merupakan produk hasil kerja sama dengan Clean Energy Investment Accelerator (CEIA). REC ini dilengkapi sistem pelacak elektronik dari APX TIGRs yang berlokasi di California, Amerika Serikat. Oleh karenanya setiap sertifikat yang diterbitkan tidak bisa dibeli atau dijual oleh orang lain.

PLN siap mendukung penuh bagi stakeholder sektor industri dan bisnis yang ingin ikut serta dalam mendukung dekarbonisasi dengan menggunakan REC PLN,” tegas Agus.

Sementara itu, Executive Vice President Corporate Strategy PT Freeport Indonesia Tbk, Horst-Dieter Garz mengapresiasi kerja sama yang terjalin. Dirinya juga berharap bahwa kerja sama ini bisa dilanjutkan di masa depan.

“Kami merasa sangat terhormat berada di sini dan kami sangat senang menjadi pelanggan jangka panjang PLN,” ucap Horst-Dieter.

Di Jawa Timur sendiri, sepanjang tahun 2023 PLN telah menjual REC kepada 28 pelanggan yaitu sebanyak 863.724  unit REC yang setara dengan Rp30,3 Miliar. Pelanggan dapat melakukan pembelian REC, baik untuk individu maupun korporasi, melalui situs web https://layanan.pln.co.id/renewable-energy-certificate.