Beranda Batubara Laba Tahunan PTBA Tumbuh Sembilan Persen

Laba Tahunan PTBA Tumbuh Sembilan Persen

Jakarta – TAMBANG. Meski kondisi pasar batu bara masih lesu, namun sepanjang tahun 2014 lalu PT Bukit Asam (Persero), Tbk masih bisa membukukan pertumbuhan laba. Laba bersih PTBA naik 9%, dari Rp 1,85 triliun di tahun 2013, menjadi Rp 2,02 triliun di 2014.

 

“Perolehan PTBA untuk laba bersih sebesar 15,4%, laba kotor sebesar 30,8%, dan laba operasi sebesar 17,7% menempati urutan teratas dari seluruh industri batu bara nasional,” ungkap Joko Pramono, Sekretaris Perusahaan PTBA, dalam laporan tertulis yang dirilis Rabu (4/3).

 

Pendapatan PTBA memang naik cukup signifikan dari Rp 11,21 triliun menjadi Rp 13,08 triliun.  Ini didapat dari hasil penjualan batu bara, yang volumenya juga bertambah dari 17,76 juta ton menjadi 17,96 juta ton. Batu bara tersebut lebih dari separuhnya atau 52% dijual ke pasar domestik, sementara hanya 48% yang dikapalkan ke luar negeri.

 

Berbeda dengan harga indeks batu bara global yang merosot 24% di tahun 2014 lalu, PTBA justru mampu mencatatkan kenaikan harga jual produk batu baranya.

 

“Dengan optimasi penambangan yang menghasilkan produk brand sesuai dengan kebutuhan pasar, maka harga jual rata-rata tertimbang PTBA mengalami kenaikan sebesar 15%, atau menjadi Rp 723.635 dibanding tahun 2013 yang sebesar Rp 629.737,” jelas Joko.

 

Dari sisi produksi, sepanjang tahun 2014 lalu PTBA menghasilkan total 16,35 juta ton. PTBA Unit Pertambangan Tanjung Enim menyumbang 15,50 juta ton dari tambang di Sumatera Selatan, sementara anak usaha lainnya yaitu PT Internasional Prima Coal yang menambang 0,85 juta ton dari Kalimantan Timur. Di luar hasil produksi, PTBA juga melakukan pembelian batu bara sebanyak 1,8 juta ton melalui PT Bukit Asam Prima, anak usaha di bidang perdagangan batu bara.

 

Kinerja keuangan yang positif itu pun mampu mendongkrak harga saham PTBA pada penutupan perdagangan tahun 2014, ke angka Rp 12.500 per lembar saham. Nilai itu naik dari Rp 10.200 yang tercatat di penutupan perdagangan tahun 2013. Padahal, emiten batu bara lainnya di Bursa Efek Indonesia justru banyak mengalami keterpurukan.

 

“Prestasi PTBA tersebut merupakan kontribusi dari langkah-langkah strategis yang menghasilkan efisiensi untuk menekan biaya produksi,” Joko berujar.

 

Langkah strategis itu termasuk optimasi operasional penambangan, dengan optimalisasi jarak angkut di lokasi tambang. Selain itu, PTBA juga memprioritaskan peralatan operasional yang memakai listrik dari pembangkitnya sendiri. PTBA saat ini sudah mengoperasikan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) mulut tambang berkapasitas 3×10 MW, serta PLTU 2×8 MW yang dikhususkan untuk operasionalnya di Pelabuhan Tarahan. Keduanya memanfaatkan batubara yang tidak layak jual, tapi justru menjadi sumber pendapatan baru lewat penjualan kelebihan daya (excess power) kepada PLN.

 

Ke depan, PTBA masih menargetkan pertumbuhan yang pesat. Volume penjualan batu bara di tahun 2015 ditargetkan naik 33% menjadi 24 juta ton. Sementara jumlah produksi dan pembelian dipatok bertambah 30%  menjadi 23,70 juta ton.

.