Beranda Tambang Today Lebih Hemat 5 Persen, Produksi Kilang Nasional Daripada Impor

Lebih Hemat 5 Persen, Produksi Kilang Nasional Daripada Impor

Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, saat seminar 'Kedaulatan Energi Memasuki Indonesia Emas 2045' yang digelar Pusat Pengkajian Strategis Nasional (PPSN), Minggu (25/3)

Jakarta, TAMBANG – Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar, menjelaskan, pentingnya memproduksi minyak olahan dari kilang nasional daripada impor, negara bisa menghemat hingga 5 persen.

 

“Perbedaan antara kalau kita impor (produk olahan) dengan produk kilang (sendiri) ini mencapai 5 persen. Kalau dihitung dari harga produk RON 92 di kisaran USD72-74 per barel, maka spread-nya sekitar USD3,5 per barel, sehari kira-kira USD3 juta, atau sekitar USD1 miliar setahun. Jadi, kalau mau bikin kilang atau impor, ya (pilih) kilang,” ungkap Arcandra, saat menghadiri seminar bertema ‘Kedaulatan Energi Memasuki Indonesia Emas 2045’, di Jakarta, Minggu (25/3).

 

Kapasitas kilang nasional saat ini sekitar 1 juta barel per hari (bph), dimana setiap harinya mampu mengolah minyak mentah sekitar 800 ribu bph.  Sementara itu, kemampuan produksi nasional mencapai 800 ribu bph, yang mana 400 ribu bph diantaranya adalah hak pemerintah dan 400 ribu bph sisanya dimiliki oleh mitra kerja.

 

“Kalau kita lihat produksi (minyak mentah) kita 800 ribu bph, yang benar-benar menjadi hak pemerintah hanya sekitar 400 ribu (bph), sisanya hak KKKS (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) yang bisa dijual kemana saja. Sehingga untuk pengolahan di kilang kita masih butuh 400.000 (bph) lagi dari impor,” ujar Arcandra.

 

Asal tahu saja, kebutuhan produk minyak olahan nasional berada di kisaran 1,6 hingga 1,7 juta bph produk. Artinya, Indonesia masih masih kurang sekitar 900 ribu bph.

 

“Kilang ini bisnis blue ocean bukan red ocean, kita tidak mengganggu negara lain karena marketnya kita sendiri, 250 juta jiwa dengan kebutuhan (minyak olahan) sekitar 1,7 juta barel per hari. Kita bikin kilangnya, kita tidak mengganggu karena untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri dalam rangka energy security,” papar Arcandra.

 

Saat ini, Kementerian ESDM memiliki perhatian khusus soal kilang minyak dengan melakukan peremajaan kilang-kilang yang sudah ada. Tujuannya, agar kapasitas pengolahannya meningkat.

 

“Pemerintah sekarang komit sekali. Kita kerjakan RDMP (Refinery Development Master Plan) yaitu meremajakan kilang-kilang eksisting (agar kapasitas meningkat), di Cilacap, Balongan, Balikpapan, dan Dumai. Kita juga bangun dua kilang baru di Tuban dan Bontang,” ujar Archandra.

 

Sekedar informasi, seminar tersebut diselenggarakan oleh Pusat Pengkajian Strategis Nasional (PPSN) dengan dihadiri Anggota Dewan Energi Nasional, Rinaldy Dalimi, Guru Besar ITB,  Yazid Bindar, Guru Besar National University of Singapore, Andrivo Rusydi, dan Mantan Ketua Umum IATMI, Alfi Rusin.