Beranda ENERGI Migas Marzuki Daham, Tunggu Anggaran untuk BPMA

Marzuki Daham, Tunggu Anggaran untuk BPMA

Jakarta – TAMBANG. Pekerjaan rutin yang saat ini dilakukan oleh Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) Marzuki Daham saat ini adalah koordinasi produksi di 3 lokasi yang selama ini ditangani oleh SKK Migas. Dirinya berkoordinasi dengan KKKS (kontraktor kontrak kerja sama) yang kerjanya di Aceh.

“Jadi koordinasi dengan SKK Migas seperti dahulu, kalau ada yang perlu keputusan akan saya tangani, tapi diberitahukan juga ke SKK Migas,” ujarnya kepada TAMBANG.

Untuk sementara ini, Marzuki masih berkantor di SKK Migas dan sesekali berkunjung ke Aceh. Ia menuturkan bahwa pihaknya belum bisa melakukan rekruitmen mengingat anggaran belum turun. Untuk itu, pihaknya memperkirakan bahwa organisasi ini akan bisa rampung setelah 6 bulan kedepan, tepatnya setelah tanggal 10 oktober 2016.

Dalam jeda waktu ini, selain melakukan kegiatan rutin, dirinya juga berusaha mencari formula yang tepat untuk menyusun organisasi BPMA ini. Kemungkinan sebagai contoh, susunan organisasi seperti SKK Migas akan diterapkan oleh Marzuki ke organisasi yang dia pimpin.

Perumusan organisasi ini nantinya diajukan ke Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (Kemenpan), kemudian baru bisa di lantik oleh mentri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Setelahnya, barulah pengajuan anggaran bisa dilakukan.

Organisasi ini nanti akan terdiri atas Kepala BPMA, Komisi Pengawas, dan Unsur Pelaksana. Unsur Pelaksana terdiri atas paling banyak lima unit kerja dan masing-masing unit kerja membawahi paling banyak tiga sub unit kerja. Sementara Komisi Pengawas keanggotaannya terdiri atas tiga orang yang masing-masing mewakili unsur Pemerintah, Pemerintah Aceh, dan unsur masyarakat yang mempunyai pengetahuan di bidang Minyak dan Gas. Unsur masyarakat akan ditetapkan oleh Gubernur.

Visi Marzuki sendiri tak lain adalah menggalakkan investor untuk masuk ke Aceh dan ada penemuan blok baru di Aceh. Ia menceritakan, saat ini produksi di Aceh tidak seperti jaman Arun.

Dulu produksi minyak bisa mencapai 130.000 barel perhari ditambah Rantau 8.000 barel per hari dengan produksi gas 3,4 bcf. Namun sekarang dengan 11 blok migas di Aceh hanya memproduksi gas 140 mm, dan minyak 5.000an barel per hari.

Lapangan Arun terletak di Blok B, dan merupakan lapangan yang produksinya gas dan LNG terbesar di Indonesia. Saat digabungkan dengan produksinya LNG di Bontang menjadikan Indonesia pengekspor LNG terbesar di dunia pada saat 1984-1998.