Beranda Sosok Membangun Kalimantan Tengah Menjadi Ibukota Coking Coal

Membangun Kalimantan Tengah Menjadi Ibukota Coking Coal

Peter Lynch
Chairman & Ceo Cokal Limited

 

Sosok pria berkebangsaan Australia ini akrab sekali dengan pedalaman Kabupaten Murung Raya, di Provinsi Kalimantan Tengah. Keterbatasan infrastruktur sama sekali tak menjadi penghalang bagi perusahaan yang dipimpinnya, COKAL Limited, untuk menggali si emas hitam. Justru, hal ini dilihat sebagai tantangan berinovasi, untuk ikut berkontribusi mengembangkan daerah tersebut. Dengan optimisme akan potensi kekayaan alamnya, Peter Lynch meyakini Provinsi Kalimantan Tengah bakal menjelma menjadi ibukota batu bara metalurgi (coking coal). Berbincang santai dengan Majalah TAMBANG, Chairman & CEO COKAL Limited itu membagikan visi dan pengalamannya.

 

COKAL adalah perusahaan publik yang terdaftar di bursa Australia. Bisa Anda ceritakan, bagaimana awal COKAL masuk ke Indonesia?

Nama COKAL sendiri sebenarnya adalah singkatan, “Co-“ untuk coking coal dan “-Kal” untuk Kalimantan. Jadi memang nama COKAL benar-benar merepresentasikan fokus perusahaan, yaitu memproduksi coking coal dengan Kalimantan sebagai aset sentral. Penamaan resmi ini dilakukan pada Februari 2011, untuk menggantikan nama Altera Resources.

COKAL menggarap proyek batu bara lewat lima perusahaan pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah Kalimantan Tengah, yaitu PT Bumi Barito Mineral, PT Tambang Benua Alam Raya, PT Borneo Bara Prima, PT Anugerah Alam Katingan, dan PT Anugerah Alam Mahuning. Kemudian ada pula PT Silangkop Nusa Raya, yang memegang tiga izin eksplorasi di wilayah Kalimantan Barat yang berbatasan dengan Malaysia. COKAL menjadi pemegang saham mayoritas di keenam perusahaan tersebut dengan mengikuti ketentuan dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), yang juga telah sesuai aturan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009 (UU Minerba).

Kami juga telah melembagakan PT COKAL, sebagai perusahaan Indonesia. Perusahaan ini mempekerjakan karyawan serta spesialis dari berbagai bidang, seperti ahli geologi, ahli lingkungan, insinyur, dan ahli sosial kemasyarakatan. PT COKAL inilah yang menangani segala sesuatu yang diperlukan untuk menjalankan proyek-proyek batu bara di Kalimantan tersebut.

 

Mengapa memilih Indonesia?

Kami juga sempat melihat beberapa lokasi lain di Afrika. Kami melakukan pengeboran di Tanzania, kami juga membahas proyek di Mozambik. Termasuk di Indonesia, kami mencari lokasi-lokasi baru cekungan batu bara metalurgi. Setelah mendapati potensi yang luar biasa di sini, kami memutuskan untuk memfokuskan proyek di Indonesia.

Kami tidak terpengaruh dengan stigma negatif yang sering kali dialamatkan terhadap Indonesia, dalam kaitannya dengan risiko politik dan keamanan. Justru sebaliknya, kami melihat iklim usaha yang sangat positif di Indonesia. Malahan jika dibandingkan dengan Australia, Indonesia memiliki banyak keunggulan dan kemudahan secara bisnis. Mengurus izin lingkungan misalnya, di Indonesia hal ini bisa dilakukan lebih cepat ketimbang di Australia. Pengalaman kami telah membuktikan bahwa banyak hal positif di Indonesia yang mendukung laju perkembangan bisnis dan investasi.

Indonesia memiliki industri batu bara yang sangat besar, serta melahirkan banyak profesional berbakat di bidang ini. Jadi kami merasa mendapatkan kesempatan yang luar biasa. Kami menemukan potensi geologis yang baik, kemudian bisa menyerap sumber daya manusia dengan kualitas baik untuk mengembangkan proyek-proyek batu bara itu.

 

Sebagai seorang CEO, bagaimana gaya kepemimpinan Anda?

Menurut saya kepemimpinan yang baik adalah to encourage people. Saya memberikan petunjuk dan arahan jangka panjang, lalu tugas saya adalah untuk memberikan dukungan dan dorongan agar masing-masing bisa mencapai tujuan. Komunikasi adalah hal penting dalam kepemimpinan, menyampaikan dengan jelas arah tujuan bersama dan bagaimana kita akan mencapainya. Inklusif dan encouraging, agar semua bisa berperan dan melaksanakan tugas masing-masing dengan termotivasi.

 

Di luar kesibukan pekerjaan, apa yang Anda lakukan di waktu senggang? Bagaimana Anda membagi waktu?

Sebagian besar waktu saya Indonesia memang untuk pekerjaan. Tapi saya mencoba menyempatkan waktu sesekali untuk bepergian ke berbagai tempat di Indonesia. Saya pernah berwisata ke Yogyakarta, misalnya. Sebenarnya saya ingin sekali melihat lebih banyak tempat, tapi memang saat ini waktunya terbatas.

Saya tinggal di Indonesia sejak Mei 2010. Tapi keluarga saya tinggal di Australia, dan anak-anak masih bersekolah di sana. Jadi, saya juga masih bolak-balik Indonesia – Australia sebulan sekali. Memang lebih banyak di Indonesia, karena saat ini proyek di Kalimantan sedang membutuhkan perhatian untuk bisa sukses.

Hobi saya terbang. Di Australia, saya punya izin untuk menerbangan pesawat. Jadi di waktu senggang, saya suka menikmati angkasa dari dalam kokpit.

 

=====================================================================================

Wawancara selengkapnya sudah pernah dimuat dalam Rubrik CEO di Majalah TAMBANG Edisi September 2014.