Beranda ENERGI Migas Minyak Jatuh, Saham dan Mata Uang Menyusul

Minyak Jatuh, Saham dan Mata Uang Menyusul

 

TAMBANG—Jakarta. PARA investor berebutan menjual sahamnya di pasar efek seluruh dunia, setelah melihat pasar Cina menunjukkan situasi terburuk dalam lima tahun terakhir, menyusul jatuhnya harga minyak ke tingkat terendah sejak 2009.

 

Pasar modal Amerika dan Eropa jatuh selama dua hari berturut-turut sejak dibuka awal pekan ini, sebagian akibat kekhawatiran bahwa penurunan harga minyak akan mengakibatkan memburuknya perekonomian dunia. Pasar saham Yunani bahkan anjlok 13%, sebagai imbas anjloknya harga minyak dan politik dalam negeri yang bergolak.

 

Pasar modal di Cina, yang selama ini terus-menerus berkilau, mengalami hari terburuk selama lima tahun terakhir. Mata uang yuan juga ambrol cukup besar terhadap dolar, pelemahan paling besar sejak 2008.

 

Minyak Brent jatuh harganya lebih dari 40% selama enam bulan terakhir, menjadi US$ 65,29, terendah sepanjang lima tahun terakhir. Penurunan harga minyak terjadi sebagai akibat penguatan dolar, dan kegagalan OPEC memangkas produksinya.

 

‘’Dalam beberapa kasus, turunnya harga minyak bermanfaat bagus. Namun ada hal lain yang harus diwaspadai. Masyarakat banyak yang bertanya-tanya apakah penurunan ini terlalu banyak, terlalu cepat, dan adakah konsekuensi lain yang tak terduga?’’ kata Rick Meckler, presiden lembaga investasi Liberty Capital Management di Jercey City, New Jersey, Amerika Serikat.

 

Lima negara ditengarai bakal sangat menderita akibat turunnya harga minyak. Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Rusia, dan Venezuela adalah negara-negara yang selama ini banyak menggantungkan perekonomiannya dari minyak. Tetangga terdekat Indonesia, yakni Timor Leste, kehidupannya juga banyak tergantung pada hasil minyak di Celah Timor.

 

Bagi Indonesia, yang selama ini banyak mengimpor minyak, baik yang mentah maupun yang sudah diolah, penurunan harga minyak akan mengurangi devisa yang dikeluarkan pemerintah untuk keperluan impor. Sudah muncul desakan agar pemerintah kembali merivisi harga minyak yang baru saja diumumkan.

 

Sejauh ini, pemerintah belum berniat untuk merevisi harga minyak di dalam negeri. Harga minyak memang tidak hanya tergantung pada harga pembelian. Ada variabel lain yang cukup menentukan, antara lain kurs rupiah terhadap dolar.

Sumber foto: arabianbusiness.com