Beranda Tambang Today Musibah AirAsia: Pencarian Dihadang Badai

Musibah AirAsia: Pencarian Dihadang Badai

SURABAYA—TAMBANG. HINGGA hari keempat, pencarian pesawat AirAsia QZ8501 yang mengalami musibah dalam perjalanan dari Surabaya ke Singapura, Ahad lalu, terus berlangsung. Inilah pencarian terbesar yang dilakukan di Indonesia terhadap sebuah pesawat terbang yang mengalami musibah. Sampai Kamis malam (1 Januari 2015) ini, sudah sembilan jenazah ditemukan. Dua di antaranya sudah diidentifikasi, dan diserahkan ke keluarganya. Enam lainnya sudah dikirim ke Pusat Identifikasi Korban, di Surabaya.

 

Upaya pencarian korban mengalami hambatan karena beratnya cuaca. Ombak yang tingginya mencapai 4-5 meter, serta hujan, membuat beberapa pesawat yang sudah siap berangkat ke lokasi, mengurungkan misinya.

 

Kata Kepala Badan SAR Nasional, pihaknya akan berupaya keras agar pencarian korban berlangsung secepat mungkin. ‘’Instruksi Presiden, kami harus berupaya keras agar korban ditemukan segera,’’ katanya dalam jumpa pers, Kamis sore ini.

 

 

Untuk mencari pesawat yang diduga tenggelam di dasar laut, sejumlah negara turut membantu. Dari Singapura, dikerahkan tiga pesawat SAR C-130 Hercules, 3 kapal SAR jenis frigate, landing ship tank (LST) serta corvette. Malaysia juga mengerahkan pesawat Hercules dari tipe yang sama, selain tiga kapal SAR jenis corvette dan patroli.

 

Australia mengerahkan dua pesawat SAR APC-3 Orion. Sedang Korea Selatan mengerahkan satu pesawat tipe serupa.
AP-3C Orion merupakan pesawat buatan Lockheed, Amerika Serikat, yang pertama kali digunakan di militer pada 1962. Untuk Australia, ini merupakan pesawat andalan yang sudah digunakan 10 tahun di Timur Tengah, menjalankan 2.400 misi, dengan melibatkan 3.500 personil. Di tanah air Australia, pesawat ini digunakan untuk misi yang membutuhkan jam terbang lama, terutama di wilayah zone ekonomi ekslusif, di Samudera Hindia dan di Samudera Pasifik.

 

Pada 2002, pesawat ini ditingkatkan kualitasnya, dilengkapi dengan berbagai sensor untuk keperluan survei di antaranya radar digital molti mode, detektor elektro-optik yang bisa digunakan untuk melihat kenampakan dengan gelombang infra merah, dan detektor akustik.

 

Dari Indonesia, berbagai peralatan survei juga dikerahkan. Di antaranya, kapal punya BPPT, Baruna Jaya 1 dan 4, kapal punya PT Mahakarya Geo Survey, kapal milik Badan SAR Nasional, serta kapal punya Angkatan Laut.

 

Mereka bahu-membahu mencari jejak pesawat QZ8501.