Beranda Tambang Today Musibah AirAsia: Semakin Banyak Negara Terlibat Pencarian

Musibah AirAsia: Semakin Banyak Negara Terlibat Pencarian

JAKARTA—TAMBANG.. INILAH penugasan pertama Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Usman Harun: mencari korban musibah AirAsia QZ8501. Sejak hari Minggu (4 Januari 2015) ini, Usman Harun menggantikan KRI Bung Tomo yang ditarik dari operasi evakuasi. Usman Harun diterjunkan bersama dengan KRI Frans Kaisiepo.

 

KRI Usman Harun akan bahu-membahu, bersama kapal perang Amerika, Malaysia, Singapura, dan berbagai kapal survei lain yang sudah lebih dahulu hadir di lokasi musibah.

 

Penugasan Usman Harun mengundang pertanyaan sejumlah pihak, mengingat penamaan penasbihan nama Usman Harus mengundang reaksi dari pihak Singapura. Dan dalam operasi pencarian korban musibah AirAsia ini, pihak Singapura turut serta membantu mencari korban.

 

Di grup Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama), seorang anggota grup, Taufiq Ilmi, melontarkan pertanyaan: KRI Usman Harun dikerahkan, mau ke mana arah diplomasi Indonesia? Dalam misi di Laut Jawa ini, Sungapura mengerahkan dua pesawat Special Respons Unit (SRU) C130, dan empat kapal laut, yakni RSS Persistence, RSS Valour, RSS Supreme, dan MV Swift Rescue. KRI Usman Harun adalah korvet patroli, adapun MV Swivt Rescue memang didesain untuk mencari dan menyelamatkan korban.

 

Hingga Ahad sore ini, sudah semakin banyak korban yang ditemukan. Dari 162 penumpang dan kru, baru 34 jenazah yang ditemukan. Untuk mencari korban lain, termasuk badan pesawat, berbagai negara turut serta.

 

Rusia mengirim dua pesawat, BE-200 dan Ilyushin IL-76, dipimpin Kepala SAR Rusia, Eduard N. Chizhov. Dua pesawat tersebut berisi 73 orang kru, sebanyak 22 orang di antaranya merupakan penyelam berpengalaman. Pesawat ini dilengkapi dengan peralatan untuk mendeteksi obyek di bawah laut. Rencananya mulai Senin ini BE-200 mulai menjalankan misinya.

 

Berlev BE-200 Altair merupakan pesawat amfibi multiguna, yang didesain oleh Perusahaan Penerbangan Beriev, dan dibuat oleh Irkut, pabrik pesawat yang terkenal di Rusia, dan berdiri sejak 1932. Pesawat jet Sukhoi Su-30 yang terkenal itu, dibuat di Irkut. Salah satu serinya, yakni Su-30 MK2 digunakan oleh TNI Angkatan Udara.

 

BE-200 dipasarkan untuk berbagai keperluan: pemadaman api, pencarian dan penyelamatan korban bencana, patroli maritim, kargo, penumpang. Kapasitas angkutnya 12 ton, atau bisa untuk mengangkut hingga 72 penumpang.

 

Indonesia dikabarkan akan membeli pesawat BE-200. Pada 22 Desember lalu, Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal Ida Bagus Putu Dunia (Jumat lalu diganti oleh Marsekal Agus Supriyatna), mengatakan bahwa untuk menjaga kedaulatan negara, Indonesia membutuhkan pesawat amfibi. Pesawat ini bisa mendarat di laut, sehingga bisa untuk mengawasi pencurian ikan oleh kapal asing.

 

Bila ombak laut ketinggiannya 1,5 meter, BE-200 bisa mendarat. Namun bila gelombangnya sudah tinggi, apa boleh buat, BE-200 terpaksa menunda pendaratannya.

 

Mari kita harapkan agar cuaca bersahabat, sehingga BE-200, serta kapal dan pesawat dari Indonesia dan negara lain yang sudah lebih dahulu hadir bisa segera menuntaskan misi.

Foto: Jet amfibi BE-200. Sumber foto: boards.straightdope.com