Jakarta, TAMBANG – Pabrik timah milik Arsari Group, yakni PT Solder Tin Andalan Indonesia (STANIA), dijadwalkan akan diresmikan pada bulan Juli tahun ini. Berlokasi di Kawasan Industri Tunas Prima, Batam, fasilitas ini siap memproduksi tin solder dengan kapasitas hingga 2.000 ton per tahun.
“Sekarang lagi proses commissioning. Bulan Juli akan diresmikan. Tahun depan kita akan memproduksi minimum 2000 ton tahun 2026,” ungkap CEO Arsari Tambang, Aryo Djojohadikusumo di sela-sela acara Indonesia Critical Minerals di Jakarta, Selasa (3/6).
Aryo menjelaskan bahwa pada tahap produksi awal, yang berlangsung dari Juli hingga Desember, pabrik ditargetkan menghasilkan 300 ton tin solder powder. Artinya, setiap bulan pabrik akan memproduksi sekitar 50 ton produk tersebut.
“Untuk fase pertama ini, kita produksi 50 ton per bulan, berarti untuk 6 bulan kedepan sampai Bulan Desember sekitar 300 ton,” imbuh Aryo.
Pada tahap pertama operasionalnya, pabrik ini juga siap melakukan ekspor perdana ke sejumlah negara, termasuk ke kawasan Eropa dan Tiongkok. “Kita akan mulai ekpspor perdana. Untuk ekspor ada dua yaitu satu di Eropa dan satu di China,” ujar Aryo.
Di dalam negeri, permintaan terhadap tin solder powder terbilang cukup signifikan, seiring dengan meningkatnya pembangunan pabrik-pabrik elektronik di wilayah Batam dan Bintan. Menurut Aryo, tingginya permintaan ini tidak terlepas dari dorongan pemerintah yang terus mengakselerasi program hilirisasi di berbagai komoditas tambang, termasuk timah.
Baca juga: RI Jadi Negara Paling Kompetitif Hilirisasi Nikel di Dunia
“Yang kami senang bahwa ada banyak permintaan dari Batam sendiri karena semakin banyak, sejak kita memulai program hilirisasi ini banyak sekali pabrik elektronik yang dibangun di Batam dan di Bintan, jadi kita senang sekali bahwa permintaan dalam negeri cukup banyak,” pungkas Aryo.
Diketahui, biaya investasi pada proyek ini mencapai Rp400 miliar di mana sebesar Rp100 miliar dialokasikan untuk biaya bangunan dan Rp300 miliar digunakan untuk kebutuhan modal kerja.
Pabrik STANIA akan menjadi bagian dari rantai industri logam yang mendukung berbagai sektor manufaktur, termasuk elektronik, otomotif, dan komponen listrik, yang membutuhkan material solder berkualitas tinggi. Kehadiran pabrik ini diharapkan memperkuat posisi Indonesia dalam industri hilir logam timah serta mendorong substitusi impor untuk produk solder di dalam negeri.