Beranda Tambang Today Pecah Rekor, Produksi Batu Bara RI 2023 Tembus 775 Juta Ton

Pecah Rekor, Produksi Batu Bara RI 2023 Tembus 775 Juta Ton

Produksi batu bara
Ilustrasi: Terminal batu bara milik PT Arutmin Indonesia (Arutmin) atau lebih dikenal NPLCT, di Kotabaru, Kalimantan Selatan. Dok: Rian

Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatatkan produksi batu bara sebesar 775 juta ton pada tahun 2023. Angka tersebut menjadi rekor tertinggi sejak tahun 2016.

Menteri ESDM Arifin Tasrif menyampaikan, peningkatan produksi disebabkan berbagai faktor baik berasal dari dalam maupun luar negeri. Di dalam negeri, permintaan batu bara untuk kelistrikan meningkat signifikan terutama untuk mensuplai PLTU baru.

“Pemanfaatan batu bara domestik tahun ini makin meningkat, trend-nya makin naik. Ini antara lain juga karena adanya demand listrik. Kedua adanya tambahan proyek-proyek PLTU baru 35 GW yang masih berlangsung untuk diselesaikan,” ujar Arifin dalam Konferensi Pers, Senin (15/1).

Kondisi politik global yang memanas juga menurut dia turut mengerek permintaan batu bara dari negara-negara yang sebelumnya memanfaatkan energi alternatif. Sepanjang tahun 2023, realisasi ekspor batu bara RI mencapai 518 juta ton dan realisasi domestic market obligation (DMO) 213 juta ton.

“Ekspor batu bara kita juga meningkat karena demand energi meningkat, kedua pasokan alternatif lain terganggu pasokannya. Jadi realisasi produksi kita tahun 2023 mencapai 775 juta ton, kita bisa memenuhi dalam negeri 213 juta ton dan ekspornya 518 juta ton,” beber Arifin.

Tren kenaikan produksi turut mempengaruhi target tahun 2024. Kementerian ESDM menargetkan produksi batu bara tahun ini sebesar 710 juta ton, lebih besar dibanding target tahun lalu yang hanya 695 juta ton.

Pada kesempatan berbeda, Direktur Pembinaan Pengusahaan Batubara, Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Lana Saria menyebut kenaikan produksi batu bara juga disebabkan karena adanya perubahan target produksi dari sejumlah perusahaan. Kata dia, pengkoreksian produksi tersebut seiring dengan proses evaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) yang dilakukan pada pertengahan tahun.

“Hal ini (kenaikan produksi batu bara) disebabkan karena badan usaha pertambangan melakukan peningkatan produksi melalui evaluasi RKAB di tengah tahunnya,” ujar Lana dalam Konferensi Pers Capaian Kinerja Sub Sektor Minerba Tahun 2023 dan Program Kerja Tahun 2024, Selasa (16/1).

Di samping itu, harga rata-rata HBA tahun 2023 yang masih terbilang tinggi turut menjadi pemicu terjadinya kenaikan produksi. Lana menuturkan, rata-rata HBA  tahun 2023 mencapai USD 201,49  per ton.

“Di tahun 2023 sampai dengan bulan Desember adalah sebesar USD 201,49  per ton. Dengan demikian memang harga jual rata-rata batu bara di tahun 2023 masih cukup tinggi sehingga dari sisi badan usaha pertambangan walaupun tren harga menurun, tetapi masih menguntungkan,” beber Lana.

Untuk diketahui, rata-rata harga jual batu bara sepanjang tahun 2021 sebesar USD 121,47 per ton. Sementara rata-rata HBA tahun 2022 sebesar USD 276,58 per ton. “Tren harga batu bara sepanjang tahun 2023 cenderung mengalami penurunan yang relatif stabil,” pungkas Lana. 

Sebagai informasi, pada tahun 2016 produksi batu bara RI mencapai 456 juta ton, pada tahun 2017 sebesar 461 juta ton, tahun 2018 sebesar 558 juta ton. Sementara pada tahun 2019 produksi batu bara RI mencapai 616 juta ton, tahun 2020 turun jadi 564 juta ton, tahun 2021 naik lagi jadi 614 juta ton dan tahun 2022 sebesar 687 juta ton.