Beranda Editorial Pekerjaan Rumah Setelah Harga BBM Turun

Pekerjaan Rumah Setelah Harga BBM Turun

 

JAKARTA –TAMBANG. KAMIS malam lalu, Presiden Joko Widodo mengeluarkan pernyataan yang menggembirakan, di tengah-tengah hiruk pikuk panasnya berita politik: harga BBM akan turun. Di sela-sela sebuah acara di Hotel Borobudur, Jakarta, Jokowi mengatakan, harga premium mungkin akan berubah menjadi Rp 6.400 atau Rp 6.500 per liter.

 

Penurunan di atas Rp 1.000 per liter ini cukup besar. Harga solar, yang banyak dipakai untuk angkutan kota dan angkutan barang, pasti juga akan turun. Sebelumnya solar dijual Rp 7.250 per liter.

 

Kita bersyukur bahwa pemerintah akhirnya menurunkan harga. Selama menjadi presiden, Jokowi sudah sekali menaikkan harga BBM, dan sekali menurunkan. Perubahan yang terakhir ini merupakan yang ketiga.

 

Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah, apa manfaat yang bisa kita dapat setelah harga diturunkan? Inilah sejatinya pekerjaan rumah yang cukup besar.

 

Ketika harga BBM dinaikkan, November lalu, berbagai kalangan mengeluarkan pernyataan keras yang menuding pemerintah tidak sensitif terhadap penderitaan rakyat. Organisasi angkutan, sopir angkutan kota, organisasi buruh, semua menyerang kebijakan itu. Kenaikan harga BBM digunakan oleh mereka sebagai alasan untuk menaikkan harga.

 

Sayangnya ketika harga turun, seperti terjadi awal Januari ini, harga barang-barang dan angkutan kota tak mengikutinya.

 

Seorang pembaca majalah TAMBANG memiliki pengalaman tak mengenakkan. Oktober lalu, penggemar kuliner ini membeli martabak bangka dua telor dengan harga Rp 20.000 per buah, di dekat rumahnya, di Jakarta Timur. Ketika BBM dinaikkan pada November, harga martabak melonjak menjadi Rp 24.000.

 

Setelah BBM turun, awal Januari, harga martabak tak ikut berkurang. Alasannya, harga-harga barang lain tidak ikut turun. Karena itu ia tetap bertahan di harga lama.

 

Turunnya harga makanan, biaya angkutan, inilah yang akan dikejar oleh Presiden Jokowi.

 

Secara teoritis, penurunan harga akan mengurangi biaya bahan bakar. Harga bahan makanan, biaya listrik, dan berbagai produk industri lain, akan ikut terpangkas. Diharapkan dari penghematan bahan bakar ini, rakyat memiliki kelebihan uang untuk membeli produk industri lainnya.

 

Bagi Indonesia, turunnya harga BBM juga harus disyukuri. Di masa lalu, kita menjadi eksportir dengan menjual minyak ke luar negeri sekitar 800.000 barel setiap hari. Kini sebaliknya: setiap hari, kita mengimpor sekitar 800.000 barel.

 

Indonesia kini memiliki duit yang lumayan cukup untuk membangun infrastruktur. Koran luar negeri The Wall Street Journal menulis di tajuknya hari ini, duit untuk infrastruktur memang menggembirakan. Tetapi lebih penting dari itu adalah, bagaimana agar Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan terus-menerus.

 

Daya saing investasi kita dinilai tidak bagus, karena masalah sulitnya pembebasan lahan, terjadinya tumpang tindih peraturan, serta sulitnya perizinan. Buruh kita juga banyak dinilai kalah bersaing. Ini merupakan hal-hal yang harus kita perbaiki segera.

 

Penurunan harga BBM, merupakan hal yang harus kita syukuri. Tindakan nyata berikutnya untuk memecahkan berbagai sumbatan, itulah yang banyak ditunggu-tunggu.

 

Gambar: Demo HTI setelah pemerintah menaikkan harga BBM.

Sumber: rri.co.id