Beranda Tambang Today Pemerintah Bahas Teknologi Baru Geo Flow Panas Bumi

Pemerintah Bahas Teknologi Baru Geo Flow Panas Bumi

ilutsrasi (Foto: Kementeria ESDM)

Jakarta, TAMBANG – Direktur Panas Bumi Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM, Ida N Finahari mengutarakan, teknologi Geo Flow Imaging merupakan teknik baru dalam mengeksplorasi energi panas bumi. Sejauh ini pihaknya menggunakan teknologi 3G (Geologi, Geofisika dan Geokimia) dalam aktivitas eksplorasi.

 

“Selama ini pengeboran dilakukan setelah melakukan kajian dari aspek geologi, geofisika dan geokimianya untuk memperkirakan, apakah di suatu lokasi tersebut ada potensi panas buminya,” ungkap Ida kepada tambang.co.id, Senin (19/3).

 

Lebih lanjut Ida menjelaskan, teknologi Geo Flow sendiri baru diaplikasikan untuk eksplorasi Migas, belum di sektor panas bumi.

 

“Tetapi yang Geo Flow belum pernah diterapkan di panas bumi, tapi di Migas” kata Ida.

 

Secara teori, Geo Flow Imaging merupakan metodologi untuk memetakan sistem panas bumi secara lebih akurat, dengan biaya pengeboran yang bisa lebih efisien.

 

Hal ini disampaikan oleh pakar teknologi dari IESE (Institute of Earth Science and Engineering) Selandia Baru, Peter Leary. Menurutnya, teknologi pencitraan arus geo ini dapat memberikan hasil identifikasi sumber energi panas bumi yang lebih baik dan efektif dalam proses pembebanan.

 

Geo-Flow Imaging juga akan memberikan proses terbaik dan hemat biaya untuk mengidentifikasi sumber energi panas bumi yang layak dieksploitasi,” ujarnya Peter dalam seminar Geo Flow yang diselenggarakan oleh Badan Litbang Kementerian ESDM, Jumat (15/3).

 

Dengan menekan biaya eksplorasi diharapkan resiko pengeboran bisa dikurangi. Selain itu, peluang balik modalĀ  bisa ditingkatkan.

 

Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Badan Litbang Kementerian ESDM, Sutijasto menilai, hampir 70 persen investasi panas bumi adalah untuk pengembangan hulu atau eksplorasi.

 

“Investasi hulu didominasi biaya sumur yang berkontribusi sekitar 70 persen. Artinya peran teknologi pengeboran terdepan sangat krusial untuk meningkatkan keekonomian pengembangan energi panas bumi,” ujarnya.

 

Ia berharap para peneliti setelah seminar ini, mendapat wawasan baru sehingga bisa mengembangkan beberapa teknologi inovatif yang dapat mengurangi biaya dalam pengeboran panas bumi untuk mendukung tersedianya energi yang berkelanjutan dan terjangkau di Indonesia.

 

Untuk diketahui, Metodologi ini rencananya akan diiuji coba dalam pilot project di salah satu Wilayah Kerja (WK) panas bumi dari tujuh WK yang ada di Filipina.