Beranda Tambang Today Pengamat: PI Rio Tinto Senilai USD3,3 Miliar, Berdasar Sentimen Pasar

Pengamat: PI Rio Tinto Senilai USD3,3 Miliar, Berdasar Sentimen Pasar

Direktur Centre For Indonesian Resources Strategic Studies (Ciruss), Budi Santoso

Jakarta, TAMBANG –  Upaya divestasi 51 persen saham PT Freeport Indonesia (PTFI) dengan membeli Participation Interest (PI) PTFI milik Rio Tinto sebesar 40 persen.  Kemudian  Deutsche Bank menaksir harga PI sebesar USD3,3 miliar. Dinilai pengamat, bertumpu pada sentimen pasar.

 

Direktur Centre For Indonesian Resources Strategic Studies (Cirus), Budi Santoso, mengatakan, seharusnya skema divestasi melalui Participation Interest (PI) Rio Tinto, digunakan saat sentimen pasar sedang turun. Tepatnya sebelum dilakukannya perpanjangan kontrak PTFI pada September 2017 lalu.

 

“Dulu waktu pemerintah tak berikan perpanjangan kontrak, harga PI Rio Tinto turun, harusnya cepat dibeli. Tapi tiba-tiba kontrak diperpanjang lagi, ya jelas harganya naik lagi. Saat harga naik, kok malah mau dibeli,” kata Budi Santoso, kepada tambang.co.id, Selasa (27/3).

 

Menurut analisa Budi, ada tiga cara dalam menghitung harga saham, yaitu Discounted Cash Flow, Market Price, dan Replacemet Cost.

 

“Dalam konteks Rio Tinto, Replacement Cost tidak termasuk karena hanya berlaku untuk yang Kontrak Karya (KK),” jelas Budi.

 

Replacement Cost hanya bisa digunakan bagi perusahaan yang secara langsung berkontrak (KK) dengan pemerintah. Misalnya apabila pemerintah beli sahamnya ke PTFI, yang secara langsung berkontrak dengan pemerintah, maka Replacement Cost bisa digunakan.

 

Berbeda halnya dengan Rio Tinto, jalurnya harus business to business. Sebab Rio Tinto tak punya ikatan dengan pemerintah, melainkan dengan PTFI.

 

“Deutsche Bank bisa saja merilis USD3,3 miliar itu dengan Discounted Cash Flow, tapi sepertinya mereka gunakan Market Price,” papar Santoso.

 

Menurutnya, harga USD3,3 miliar itu termasuk harga yang wajar, tidak murah tidak mahal. Market Place ini bertumpu pada sentimen pasar. Meski demikian bukan berarti tidak menghitung biaya investasi, total aset, dan cash flow.

 

“ Itu semua tetap dihitung tapi tidak terlalu signifikan,” pungkas Budi