Beranda ENERGI Energi Terbarukan Pertamina Kembangkan Lumut Jadi BBM  

Pertamina Kembangkan Lumut Jadi BBM  

Jakarta-TAMBANG. PT Pertamina (Persero) berhasil pengembangkan tumbuhan lumut menjadi bahan bakar minyak (BBM) berjenis solar dengan standar kualitas Euro IV hingga V. Bahkan, melalui penelitian tersebut, lumut bisa menghasilkan lebih banyak BBM ketimbang kelapa sawit (crude palm oil ).

 

Vice President Research and Development Pertamina, Eko Wahyu mengatakan untuk satu hektare area tanaman lumut bisa menghasilkan 50 ribu liter BBM, sedangkan kelapa sawit hanya 5.940  liter.

 

“Dibandingkan dengan sawit yang hanya 5.940 liter. Lumut ini bisa menghasilkan Solar bentuknya seperti air mineral,” ujar Eko di Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (24/01).

 

Ia menambahkan BBM pencampuran lumut tersebut berkualitas internasional Euro IV hingga V. Sementara saat ini solar yang diproduksi Pertamina baru memenuhi standar Euro 2.  “Begitu disaring jadi solar, itu kelasnya Euro IV-V. Cari kondisi yang optimium, seminggu bisa panen. Diperlukan kerja sama dengan perguruan tinggi untuk lumut gemuk. Kami yakinkan itu bisa,” jelas dia.

 

Ia melanjutkan pengembangan lumut bagi campuran BBM dapat menciptakan lapangan pekerja baru bagi tenaga kerja Indonesia. Kata dia, karena itu dibutuhkan kebiajakan pemerintah agar pengembangan Bahan Bakar Nabati (BBN) bisa maksimal.

 

“Kalau lumut  ini  jadi bahan bakar, petani saja bisa memanen petani bisa mengupayakan sendiri, kita bisa memproduksinya ini jelas dapat diperbarui. Jangan sampai kalah dengan negara lain,” tutur dia.

 

Dijelaskan Eko, dalam melakukan uji coba tersebut, Pertamina menggandeng Perguruan Tinggi untuk mencari formulanya. Sehingga hal tersebut dapat meyakinkan jika lumut dapat diandalkan.

 

“Kami datang keperguruan tinggi, bagaimana agar lumut bisa lebih gemuk,” tuturnya.

 

Penelitian itu menjadi kesuksesan tim energi baru terbarukan (EBT) yang dimiliki Pertamina. Pembangan itu menjadi salah satu Riset and Development (R&D) yang telah lama dilakukan. Eko menerangkan, pengembangan tersebut, sudah dipresentasikan ke Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).