Jakarta-TAMBANG- Anak usaha PT Pertamina Hulu Energi, PT PHE Onshore North West Jawa (PHEONWJ) mengalokasikan capex 2016 senilai US$686 juta. Direktur Utama PT Pertamina Hulu Energy, Gunung Sarjono Hadi menjelaskan dana capex tersebut akan digunakan untuk kegiatan yang terkait dengan HSSE juga beberapa project on shore yang dinilai cukup ekonomis untuk dikembangkan.
“Salah satu kegiatan di 2016 yang akan jadi prioritas dan tidak mungkin akan kita kurangi adalah untuk kegiatan HSSE,” kata Gunung kepada awak media di Jakarta Kamis (14/1).
Lebih jauh Gunung mengtakan, dalam kondisi harga minyak yang masih terus melemah, PHE akan terus melakukan efisiensi. Strategi efisensi yang dilakukan yakni menunda beberapa proyek yang memang tidak ekonomis untuk dikembangkan ataupun kegiatan-kegiatan yang tidak terkait langsung dengan kegiatan produksi akan dikurangi.
Karena itu, untuk kegiatan 2016, PHE masih akan fokus pada proyek-proyek eksisiting dan belum melakukan kegiatan eksplorasi baru. Kegiatan eksplorasi baru dilakukan khusus untuk proyek onshore yang dinilai cukup ekonomis.
Sesuai arahan Direktur Utama Pertamina (Persero), semua anak perusahaan Pertamina diharapkan tetap mempertahankan produksi. Perusahaan dituntut untuk melakukan efisiensi. Namun pilihan merumahkan karyawan, tidak masuk dalam opsi efisensi tersebut. “Pilihan merumahkan karyawan, itu pilihan yang paling akhir setelah semua upaya melakukan efisiensi sudah dilakukan. Dan sejauh ini, belum ada sinyak mengarah pada merumahkan karyawan,” imbuhnya.
Selain itu, salah satu efiseinsi diharapkan lahir dari inovasi yang dilakukan oleh karyawan PHE di seluruh anak perusahannya. Dari inovasi teknologi yang dilakukan, diharapkan bisa meningkatkan produksi dan memberi dampak efisien serta harus ramah terhadap lingkungan dan keselamatan kerja.
Salah satu inovasi yang dilakukan adalah Teknologi PINTAR (Production Improvement through New Technology on gAs lift injection Rate) yakni inovasi untuk mengukur dan memantau parameter operasi dengan akurat secara real time jarak jauh, menjaga stabilitas aliran dan tekanan gas injeksi dan melakukan uji produksi sumur (well test) dalam waktu 4 kali lebih cepat dibanding cara manual untuk setiap sumur dan menjaga produksi pada tingkat maksimum secara otomatis.
Prestasi besar lainnya adalah pelaksanaan proyek Lima Subsidence Remediation yakni proyek pengangkatan anjungan di lapangan Lima yang mengalami penurunan dasar laut akibat kompaksi batuan di dalam tanah. Proyek pengangkatan anjungan secara bersama-sama (tiga platform, dua bridge, dan satu tiang flare) pertama kali di dunia yang menggunakan metode pengangkatan synchronized hydraulic jacking system.
Hal lain yang cukup membanggakan adalah kesuksesan PHE dalam mengelola blok migas lepas pantai (offshore) baik untuk blok West Madura Offshore (PHE WMO) maupun Offshore North West Java (PHE ONWJ). Kedua blok migas lepas pantai ini menunjukan kinerja dan prestasi membanggakan, sejak dioperasikan oleh Pertamina.
PHE ONWJ misalnya, berhasil berhasil menaikan produksi minyak yang signifikan dalam lima tahun terakhir. Pada pertengahan Mei 2014, PHE ONWJ berhasil mencapai produksi harian 46,4 ribu minyak per hari (MBOPD) yang merupakan rekor produksi tertinggi sejak diambil alih Pertamina pada tahun 2009. Pada tahun 2009, produksi minyak PHE ONWJ hanya sebesar 23,1 MBOPD yang berarti meningkat sekitar 100%.
Gunung Sardjono Hadi, menegaskan, peningkatan produksi tersebut membuktikan bahwa blok-blok yang telah diambil alih oleh Pertamina mampu menghasilkan produksi yang sangat baik. Pertamina juga telah membuktikan dapat mengelola wilayah kerja lepas pantai yang penuh dengan resiko. Hal ini secara garis besarnya membuktikan bahwa Bangsa Indonesia telah mampu mengelola sendiri blok-blok yang telah di amanahkan pemerintah.
Krisis harga minyak dunia tentu saja berpengaruh pada perubahan rencana kerja dan penundaan proyek sehingga dalam mengelola WP&B 2016, PHE ONWJ ditargetkan memproduksi minyak 37,3 MBOPD dan gas 163 MMSCFD. Kontribusi terhadap keseluruhan target PHE.
Kinerja produksi membanggakan juga diraih oleh PHE WMO. Produksi puncak PHE WMO sempat menyentuh catatan produksi harian tertinggi di tahun 2013 sebesar 28,262 MBOPD dan produksi gas mencapai 125 MMSCFD. Pencapaian produksi ini merupakan hasil yang didapat melalui berbagai aktivitas eksplorasi dan pengembangan.
PHE WMO juga mendapatkan persetujuan POD Integrasi I terdiri dari PHE-7, PHE-12, PHE-24, PHE-29, PHE-44, dan PHE-48 pada Oktober 2013 yang terdiri atas 18 sumur pengembangan. Kontribusi produksi dari POD ini diperkirakan sebesar 12,65 MBOPD dan 27,4 MMSCFD dan diproyeksikan dapat memulai produksi pada pertengahan tahun 2016.
Untuk meningkatkan produksi dan mengamankan cadangan, PHE WMO menerapkan enhanced oil recovery dengan special fluids injection system. Dengan inovasi ini maka terjadi tambahan cadangan sebesar 32% dari cadangan awal, penambahan produksi hingga 0,723 MBOPD, menekan laju penurunan produksi alamiah yang sangat signifikan.
Keberhasilan Pertamina dalam mengelola blok ONWJ dan WMO membuktikan kehandalan Pertamina untuk mengoperasikan lapangan migas lepas pantai. Pertamina berharap kesuksesan tersebut dapat diikuti dengan kesuksesan-kesuksesan di lapangan migas lain yang dioperasikan Pertamina.
Produksi Pertamina PHE WMO pada 2014 sebesar produksi minyak sebesar 20,3 BOEPD dan produksi gas sebesar 116,6 MMSCFD dan pada 2015, target produksi minyak sebesar 14,3 BOEPD dan target produksi gas sebesar 110 MMSCFD.