Beranda ENERGI Kelistrikan PLN EPI Gandeng PT Maharaksa Biru Energi Kelola Biomassa STAB

PLN EPI Gandeng PT Maharaksa Biru Energi Kelola Biomassa STAB

Kiri Bobby Gafur Umar, CEO Mahareksa Biru Energi Tbk dan kanan Antonius Aris Sudjatmiko, Direktur Biomassa PT PLN Energi Primer Indonesia.

Jakarta,TAMBANG,- PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan PT Maharaksa Biru Energi, Tbk (MBE) dalam pengembangan dan pengelolaan Biomassa STAB (Socio Tropical Agriculture-waste Biomassa) sebagai substitusi bahan bakar batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) milik PLN.

Ruang lingkup kerjasama dalam Nota Kesepahaman ini adalah pengembangan ekosistem, bisnis, teknologi, pengelolaan, pemasaran dan pemanfaatan biomassa/bioenergy dalam bentuk wood pellet, woodchip atau sawdust, dengan mengoptimalkan residu pertanian, perkebunan, kehutanan, produk samping perkebunan kelapa sawit dan area pengelolaan lain yang berbasis pemberdayaan dan/atau keterlibatan masyarakat.

Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara menjelaskan, penandatanganan MoU ini sejalan dengan upaya nasional dalam meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% di tahun 2025, serta mengejar target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.

“PLN EPI sebagai sub holding dari PLN Group terus berupaya mengejar target bauran EBT itu, dan salah satu alternatifnya adalah dari sisi Biomassa,” ujar Iwan.

Untuk bisa memastikan pasokan biomassa, PLN EPI menjalin kemitraan dengan berbagai pihak. Salah satunya dengan Maharaksa Biru Energi. Nantinya MBE akan menyediakan pasokan biomassa untuk seluruh PLTU milik PLN Grup. Biomassa yang khususnya berasal dari sawdust dan limbah pertanian ini akan menambah bauran energi PLN.

Iwan mengungkapkan, Biomassa merupakan salah satu sektor vital yang berperan besar dalam meningkatkan bauran EBT di Indonesia. Sektor ini pun diharapkan mampu menyumbang akselerasinya sebesar 3,6% dari total target bauran EBT 23% di tahun 2025.

”Untuk itu kami sangat konsen dalam akselerasi Biomassa STAB ini. Kami terus berinovasi serta menjalin kerja sama dengan para stake holder. Hari ini kita bersyukur di gelaran COP 28, yang merupakan konferensi global dalam pencegahan perubahan iklim dunia kita berhasil menjajaki kerja sama pemanfaatan Biomassa dengan PT Maharaksa Biru Energi Tbk,” lanjut Iwan.

Iwan pun mengungkapkan apresiasinya pada PT Maharaksa Biru Energi Tbk yang telah bersepakat menggenjot Biomassa STAB. Lewat kerja sama semacam ini dirinya optimis bauran EBT dari sektor Biomassa akan lebih terakselerasi secara signifikan.

Pasalnya kata Iwan, sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mengejar target Co-Firing pada tahun 2025, diproyeksi kebutuhan Biomassa dari PLN akan meningkat tajam sebesar 10,2 juta ton atau sebesar 300% guna menyediakan energi bersih sebesar 12,7 Terawatt hour (TWh).

”Oleh karena itu, PLN EPI terus mencari sumber-sumber biomassa lainnya, terutama yang bersumber dari potensi sumber daya setempat,” tambah Iwan.

Untuk diketahui, Biomassa STAB merupakan jenis Biomassa yang berasal dari limbah pertanian di mana proses produksi akan melibatkan masyarakat tani secara langsung, tidak terbatas pada agriculture (pertanian/perkebunan), namun juga pada kehutanan menggunakan replanting kayu karet/tanaman energi.. Bahan baku dari STAB dapat berupa limbah/residu tanaman pertanian atau perkebunan, seperti sekam dan jerami padi, bonggol jagung, bagasse dan pucuk daun tebu, limbah aren, limbah sagu, ampas/residu kelapa, tandan kosong dan pelepah sawit, ranting-ranting pruning tanaman, dan lain-lain.

”Sebagai negara tropis dengan masyarakat agraris, kami melihat banyak sekali limbah pertanian yang selama ini hanya ditimbun atau dibakar agar lahan bersih kembali. Nah Kami melihat potensi besar ini, maka kami terus berinovasi bagaimana memanfaatkan limbah yang tadinya tidak bermanfaat dan mengganggu bisa diutilisasi menjadi energi bersih bahkan mampu menciptakan nilai ekonomis baru bagi para petani di Indonesia,” tutup Iwan.