Beranda ENERGI Kelistrikan Produsen Poliester Ikut Jajal Bisnis Listrik

Produsen Poliester Ikut Jajal Bisnis Listrik

Jakarta- TAMBANG. Untuk mengurangi beban biaya penggunaan listrik, produsen poliester PT Polychem Indonesia Tbk (ADMG) berencana bangun pembangkit listrik sendiri di Karawang, Jawa Barat. Rencananya, pembangkit ini mulai dibangun pada tahun 2015 dengan alokasi dana sekitar US$ 25 juta. Kapasitas yang direncanakan sebesar 30 megawatt (MW), dan akan dipakai oleh pabriknya sendiri di Karawang.

 

“Biaya listrik terhadap produksi mencapai 10%. Jika kami punya pembangkit sendiri, tentu bisa lebih efisien,” kata Jusup Agus Sayono, Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Polychem Indonesia, Jumat (12/12).

 

Selain mencukupi kebutuhan sendiri, pembangkit yang tersebut akan dijual kepada perusahaan lain. Namun siapa saja pembelinya, manajemen belum memperinci. Jika tak ada aral melintang pembangkit ini akan dibangun mulai semester I-2015. Targetnya rampung dua tahun.

 

Polychem juga mengalokasikan belanja modal US$ 10 juta untuk meningkatkan kapasitas produksi dari mesin pabrik yang ada. Sekitar US$ 5 juta–US$ 6 juta untuk tambah produksi ethylene oxide derivative (EOD) sebesar 20%. Sisanya (US$ 4 juta– US$ 5 juta) untuk menambah lini produksi fiber.

 

EOD adalah bahan baku detergen, sampo, dan lainnya. Saat ini kapasitas produksi EOD Polychem itu baru mencapai 40.000 ton per tahun. Dengan rencana peningkatan kapasitas hingga 20%, maka produksinya kelak bisa mencapai 48.000 ton setahun.

 

Untuk produksi fiber, kapasitas produksi Polychem saat ini tercatat sebanyak 120 ton per hari. Rencananya, produksi fiber ini ditambah sebesar 75 ton per hari lagi menjadi 195 ton per hari pada dua tahun lagi.

 

Di bidang pemasaran, perseroan akan menambah negara tujuan ekspor selain Tiongkok yang selama ini menjadi andalan. “Kami akan masuk ke Turki awal tahun 2015,” kata Jusup.

 

Polychem telah mengoperasikan kembali pabrik yang operasinya sempat ditutup sementara pada awal November 2014, untuk mengantisipasi melemahnya penjualan poliester di pasar lokal. Penghentian operasi sementara pabrik itu tak sampai satu bulan, dan telah kembali beroperasi sejak 24 November 2014.