Beranda Tambang Today PT Vale Integrasikan Smelter dan Penambangan Nikel di Blok Bahodopi, Total Investasi...

PT Vale Integrasikan Smelter dan Penambangan Nikel di Blok Bahodopi, Total Investasi Rp 37,5 Triliun

Jakarta, TAMBANG – Emiten tambang nikel multinasional, PT Vale Indonesia (Vale) baru saja melakukan groundbreaking (peletakan batu pertama) untuk membangun Indonesia Growth Project (IGP) Morowali, Jumat (10/2).

Proyek dimaksudkan untuk mengintegrasi smelter berteknologi Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) yang akan dibangun di Desa Sambalagi dan area penambangan nikel yang ada di Blok Bahodopi, Desa Bungku Timur, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

CEO Vale, Febriany Eddy menyebut bahwa pembangunan IGP sebagai tindak lanjut dari kerja sama Vale dengan Taiyuan Iron and Steel (group), Co.,Ltd  (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) yang ditandatangani pada September 2022. Total investasinya mencapai Rp 37,5 triliun.

“Dalam proyek ini PT Vale, Xinhai dan Tisco akan mengalokasikan total biaya mencapai RP 37,5 triliun,” ujar Febriany Eddy dalam sambutannya.

Dia menjelaskan, pengerjaan IGP akan digarap oleh PT Bahodopi Nickel Smelting Indonesia (BNSI), perusahaan patungan Vale, Tisco dan Xinhai.

“PT Vale berperan penuh dalam pembangunan dan pengoperasian fasilitas pertrambangan. Sementara pembangunan proyek (smelter) RKEF akan bersama PT Vale, Tisco dan Xinhai, kita akan membangun melalui PT BNSI,” imbuhnya.

Smelter bikinan Xinhai ini akan memanfaatkan liquified natural gas (LNG) sebagai sumber energi listrik hingga 500 megawatt (MW). Kata dia, PLTGU bersifat ramah lingkungan karena emisi karbon yang dihasilkannya setengah dari batu bara.

“Pabrik ini akan menduduki peringkat karbon intensitas kedua terendah di Indonesia setelah pabrik di Sorowako yang saat ini 100 persen menggunakan PLTA. Dengan menggunakan tenaga yang ramah liungkungan ini, maka bisa mengurangi emisi karbon sampai 2 juta ton per tahun,” ujarnya.

Insyaallah PT Vale bisa mewujudkan komitmen kami untuk menurunkan emisi karbon kami sampai 33 persen pada tahun 2030 dan mencapai net zero pada tahun 2050,” ungkapnya.

Smelter Sambalagi nantinya akan memproduksi 73 ribu ton nikel per tahun. Hasil produksi ini akan mendukung industri baja tahan karat dengan kerja sama Tisco yang memiliki pasar yang lebih besar.

Sementara area pertambangan di blok bahodopi, Vale akan membangun fasilitas penanaman dengan kapasitas 1 juta bibit pohon. Sebelum dilakukan penambangan, pihaknya terlebih dulu melakukan pembibitan untuk kebutuhan reklamasi dan rehabilitasi lahan.

“Di Blok Bahodopi ini akan dilengkapi dengan fasilitas tanaman berkapasitas satu juta bibit. Kita akan mulai dengan pembibitan, kemudian masuk ke pertambangan. Seperti di Sorowako, kami akan melakukan reklamasi, rehabilitasi, pengelolaan limbah buangan hingga pengolahan sampah terpadu,” bebernya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut bahwa proyek IGP akan selesai dalam kurun 2,5 tahun. Kata dia, smelter Sambalagi merupakan green smelter pertama yang dibangun di Indonesia karena menggunakan LNG.

“Proyek akan selesai dalam 2,5 tahun. Ini adalah pabrik green smelter pertama yang saya lihat. Ini adalah basisnya gas LNG. Ini merupakan green energy, green product dan green mining,” jelas Airlangga.