Beranda Tambang Today Setelah Angola, Kini Iran Berencana Invetasi Migas di Indonesia

Setelah Angola, Kini Iran Berencana Invetasi Migas di Indonesia

Vicharius DJ
[email protected]

Jakarta-TAMBANG. Setelah kedatangan tamu dari Sonangol, perusahaan migas asal Angola, kini Pemerintah Indonesia kedatangan lagi tamu dari Iran. Kedatangan mereka ditengarai memiliki misi bisnis yang sama seperti Angola.

Pemerintah Iran melakukan pendekatan dengan Indonesia untuk berinvestasi membangun kilang dan memasok minyak mentah.

Plt Direktur Jenderal Minyak dan Gas bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Naryanto Wagimin mengatakan, Kementerian Energi Iran telah melakukan pertemuan dengan pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM, hari ini (6/11).

Dalam pertemuan tersebut kedua belah pihak memembicarakan beberapa hal terkairt dengan energi khususnya pembangunan kilang. “Tadi soal peluang Iran terus berinvestasi, di Indonesia banyak kilang pertokimia dan gas alam cair (LNG),” kata Naryanto, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (6/11).

Menurutnya, saat ini kedua belah pihak masih melakukan penjajakan. Namun pemerintah menginginkan secepatnya kerjasama tersebut direalisasikan. Kedua belah pihak rencananya akan pertemuan kelompok kerja untuk membahas secara detail.

Selain membangun kilang, Iran juga ingin memasok minyak mentahnya ke Indonesia. Menurut Naryanto minyak mentah Iran cocok untuk dikelola kilang Cilacap Jawa Tengah.

“Terkait dengan karena kilang untuk domestik dia menawarkan joint venture. Kalau crudenya emang dari dia,” pungkasnya.

Sebelumnya, Iran pernah memastikan untuk membangun sebuah kilang minyak besar dengan kapasitas produksi sebanyak 150 ribu barel per hari di Indonesia. Tak hanya itu, Iran juga bermaksud membangun lima kilang berukuran lebih kecil dengan kapasitas produksi 30 ribu hingga 50 ribu barel gas kondensat.

Iran dan Angola menjadi dua negara pertama di era Pemerintahan Jokowi yang berniat melakukan investasi di industri Migas nasional. Sebelumnya negara seperti Uni Emirat Arab pun pernah tertarik namun perundingan berakhir dengan tanpa hasil. Kebutuhan pembangunan kilang menjadi amat darurat untuk dilaksanakan agar mengurangi beban impor produk minyak Indonesia.