Beranda Mineral Smelter Tanah Jarang PT Timah Segera Produksi

Smelter Tanah Jarang PT Timah Segera Produksi

Jakarta-TAMBANG. PT Timah,Tbk sedang menyelesaikan pembangunan pengolahan mineral tanah jarang (Rare Earth Element-REE) di Bangka Barat. Pabrik yang dibangun dengan nilai investasi mencapai Rp 130 miliar, di atas lahan seluas 108 hektar ini direncanakan bakal berproduksi pada Juni 2015 mendatang. Kapasitas produksi 50 kg per hari.

 

Beberapa unsur logam tanah jarang yang dapat dihasilkan dari pemrosesan itu yaitu lantanum (La), praseodimium (Pr), neodimium (Nd), serta cerium (Ce). Logam-logam itu umumnya dimanfaatkan untuk pembuatan perangkat elektronik, alat komunikasi dan peralatan nuklir. Ini akan menambah pendapatan bagi BUMN tambang timah ini mengingat harga mineral tanah jarang jauh lebih tinggi dari harga timah batangan murni.

 

Selain itu, PT Timah juga akan membangun smelter pengolahan timah di Kundur, Kepulauan Riau. Smelter dengan nilai investasi mencapai Rp 30 hingga 40 miliar dibangun untuk mengolah timah hasil produksi timah di Kundur. Perusahaan juga akan menambah satu smelter di Belitung. Saat ini perusahaan telah memiliki dua smelter timah di daerah tersebut.

 

Perusahaan juga akan membangun dock yard di Sungailiat, Bangka Belitung, dengan nilai investasi Rp 70 miliar. Perusahaan juga menyusun rencana membangun galangan kapal di Batam.

 

Selain itu, PT Timah pun akan melakukan proyek kerjasama dengan PT Adhi Karya dan PT Wijaya Karya untuk merampungkan proyek properti dengan komposisi pembiayaan 45 persen dari PT Timah, 30 persen dari PT Wijaya Karya, dan 30 persen sisanya dari PT Adhi Karya.

 

“Untuk proyek properti ini kami mengeluarkan dana sebesar Rp 150 miliar dengan kebutuhan luas tanah mencapai 176 hektare yang diharapkan bebas pada semester kedua tahun ini di Bekasi, Jawa Barat. Sejauh ini, kami telah membangun 1.300 unit rumah di atas lahan seluas 30 hektar,” ujar Direktur Utama PT Timah,Tbk Sukrisno.

 

Sukrisno juga mengatakan bahwa total belanja modal dari perusahaan ini mencapai Rp 1,2 triliun. Pembiayaan proyek tidak hanya berasal dari kas perusahaan, namun juga dari pinjaman perbankan sebesar Rp 3 triliun.

 

“Dengan jumlah dividen yang lebih sedikit dan jajaran direksi yang tak diganti, para pemegang saham yakin bahwa kami bisa menyelesaikan proyek-proyek tersebut dan diharapkan bisa membuat laba hingga menembus Rp 1 triliun pada tahun ini,” ujar Sukrisno yang mantan Direktur Utama PTBA tersebut.