Jakarta, TAMBANG – Indonesia dikenal sebagai salah satu negara maritim terbesar di dunia. Aktivitas pelayaran, perkapalan, logistik, hingga perdagangan lintas benua terus tumbuh, menjadikan sektor maritim dan kargo sebagai komponen penting dalam rantai pasok nasional maupun internasional. Namun, pertumbuhan ini juga membawa tantangan. Lingkungan bisnis yang terus berkembang , mulai dari geopolitik hingga perubahan iklim, menciptakan lanskap risiko yang semakin kompleks bagi para pelaku industri.
Dalam kondisi seperti ini, perusahaan tidak lagi dapat mengandalkan pendekatan manajemen risiko yang bersifat reaktif. Risiko perlu dipahami secara menyeluruh, baik risiko fisik terhadap kapal dan muatan, ancaman operasional, hingga tekanan eksternal yang dapat mengganggu jalur pengiriman. Industri maritim dan kargo membutuhkan strategi yang adaptif dan terintegrasi agar dapat menjaga kelancaran bisnis di tengah ketidakpastian global.
Risiko Fisik dan Operasional di Industri Maritim
Salah satu risiko utama dalam industri maritim adalah kerusakan fisik pada kapal atau properti yang menjadi tanggung jawab operator. Kapal menghadapi berbagai ancaman, mulai dari kebakaran, ledakan, badai, bahaya laut, hingga pembajakan. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan gangguan operasional yang signifikan dan berpotensi menimbulkan kerugian finansial dalam jumlah besar.
Risiko tidak hanya berhenti pada kapal. Saat barang dikirim melalui laut, terjadi rangkaian potensi kerusakan, seperti muatan yang basah, pecah, hilang sebagian, atau tertunda. Kerusakan selama perjalanan menjadi salah satu tantangan terbesar karena sifat pengiriman yang melibatkan jarak jauh, cuaca yang sulit diprediksi, dan perpindahan di berbagai titik logistik. Selain itu, industri juga harus mengantisipasi risiko tanggung jawab hukum terkait operasi kapal, mulai dari kecelakaan hingga kerusakan terhadap pihak ketiga. Semua ini harus dikelola secara terstruktur agar operasional tetap aman.
Dinamika Geopolitik dan Tekanan terhadap Rantai Pasok Kargo
Risiko di industri kargo berkembang seiring ketidakpastian global. Salah satu contoh nyata adalah memanasnya situasi di Laut Merah pada 2024, melibatkan ketegangan antara Israel, Palestina, dan Iran. Kondisi tersebut mendorong perusahaan asuransi global untuk mengeluarkan notice of cancellation terhadap pengiriman di wilayah tersebut.
Padahal, Laut Merah merupakan rute penting dalam perdagangan internasional yang menghubungkan Indonesia dengan Eropa. Penutupan atau gangguan terhadap jalur ini dapat menyebabkan perubahan rute, kenaikan biaya logistik, hingga keterlambatan pasokan bahan baku dan barang jadi. Perusahaan yang bergantung pada rantai pasok internasional perlu memahami bahwa risiko geopolitik kini menjadi faktor operasional yang tidak dapat diabaikan.
Di sisi lain, seluruh perusahaan manufaktur pada dasarnya membutuhkan perlindungan kargo karena setiap proses produksi melibatkan perpindahan raw material dan produk jadi. Risiko tetap ada, terlepas dari incoterms yang digunakan dalam transaksi. Untuk itu, polis asuransi kargo perlu disesuaikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan, termasuk mekanisme contingency plan untuk menutup potensi kekosongan perlindungan.
Perlindungan Kargo dan Pentingnya Adaptasi terhadap Risiko Baru
Asuransi kargo memberikan perlindungan utama terhadap kerusakan fisik pada barang selama pengiriman, baik melalui darat, laut, maupun udara. Tanpa perlindungan ini, perusahaan berisiko menanggung kerugian besar yang bukan hanya memengaruhi biaya produksi, tetapi juga mengganggu hubungan dengan pemasok dan pelanggan.
Selain itu, pola risiko yang terus berubah membuat perusahaan perlu meninjau kembali polis yang mereka miliki. Banyak perusahaan masih menggunakan perlindungan yang tidak lagi relevan dengan risiko operasional modern, misalnya meningkatnya ancaman siber dalam sistem logistik, perubahan rute akibat geopolitik, atau kebutuhan perlindungan untuk komoditas berisiko tinggi seperti petrokimia, CPO, kertas, atau produk farmasi.
Dengan melakukan evaluasi secara berkala, perusahaan dapat memastikan bahwa cakupan yang tersedia benar-benar sesuai dengan eksposur risiko mereka dan tidak ada gap yang berpotensi menimbulkan kerugian.
Strategi Manajemen Risiko di Era Ketidakpastian
Pengelolaan risiko yang efektif tidak hanya berkaitan dengan pembelian polis, tetapi juga bagaimana perusahaan merancang strategi perlindungan yang terintegrasi. Perusahaan perlu mempertimbangkan risiko fisik, operasional, finansial, hingga risiko yang muncul dari perubahan geopolitik. Di sinilah peran risk advisor dan broker menjadi penting.
Risk advisor dan broker asuransi membantu perusahaan menilai profil risiko secara komprehensif, memberikan rekomendasi mitigasi, mengevaluasi kecukupan perlindungan yang ada, serta menyesuaikan polis agar selaras dengan kondisi terbaru. Pendekatan ini penting bagi perusahaan pelayaran, operator terminal, perusahaan logistik, maupun manufaktur yang mengandalkan kelancaran rantai pasok global.
Di Indonesia, Marsh memiliki pengalaman panjang dalam menangani risiko maritim dan kargo, didukung oleh keahlian teknis, akses pasar global, kemampuan penempatan premi dalam skala besar, serta tim klaim khusus yang memastikan proses pemulihan berjalan efektif. Komponen-komponen ini memungkinkan perusahaan memperoleh perlindungan yang kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan operasional mereka. Dalam lanskap global yang semakin tidak pasti, mulai dari risiko fisik terhadap kapal dan kargo hingga tekanan geopolitik, strategi manajemen risiko yang terintegrasi, adaptif, dan berbasis data menjadi semakin krusial. Perlindungan yang tepat bukan lagi pelengkap, melainkan fondasi penting bagi ketahanan dan kelangsungan bisnis di sektor maritim dan kargo.
[LK4]Hyperlink to: https://www.marsh.com/id/en/industries/marine/insights/industri-marine-kargo-logistik.html?utm_source=externalsite&utm_medium=organic&utm_campaign=content-partnership&utm_term=majalah-tambang&utm_content=artikel-kargo&utm_country=indonesia






