Beranda Mineral Temukan Litium dan Boron, RI Makin Pede Jadi Raksasa Industri Baterai EV

Temukan Litium dan Boron, RI Makin Pede Jadi Raksasa Industri Baterai EV

litium
Sumber: Talison Lithium

Jakarta, TAMBANG – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), lewat Badan Geologi menemukan litium dan boron yang potensial dijadikan bahan baku baterai kendaraan listrik alias electric vehicle (EV).

Plt Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM, Muhammad Wafid menyatakan kedua mineral tersebut ditemukan di lima lokasi di Kabupaten Grobogan Jawa Tengah. Kelima lokasi tersebut yakni Bledug Kuwu, Bledug Cangkring, Jono, Crewek dan Kasonga.

“Badan Geologi telah melakukan eksplorasi mineral litium dan boron. Hasil penyelidikan yang kami lakukan menunjukkan beberapa wilayah dengan kadar litium dan boron yang cukup menjanjikan,” ujar Wafid dalam konferensi pers di Bandung, Jumat (19/1).

Bledug Kuwu merupakan gunung api lumpur yang di sekitarnya terdapat kegiatan tambang garam oleh warga setempat. Karena itu, dalam proses penelitian kedua mineral ini dilakukan dengan mengambil sampel air asin dan garam tersebut.

“Kalau di Jawa ada di salah satunya di Bledug Kuwu dan sudah dilakukan penelitian dengan pengambilan baik air asinnya maupun garamnya untuk dites di laboratorium. Kita mendapatkan beberapa data dari lithium itu,” beber Wafid.

Dari hasil penelitian, disimpulkan air yang keluar dari Gunung Lumpur Bledug Kuwu memiliki kadar lithium 103-111 ppm. Sementara boron memiliki kadar 464-534 ppm.

Wafid kemudian menjelaskan, kadar litium dan boron semakin membesar ketika air garam diendapkan selama dua minggu hingga 1059-1110 ppm dan boron 2660-2781 ppm.

Meski begitu, pihaknya masih butuh waktu untuk penelitian lebih lanjut terutama untuk studi geofisika dan hidrologi. Ini dilakukan agar pemanfaatanya bisa segera dilakukan sesuai dengan aturan yang berlaku termasuk perihal lelang mineral logamnya.

“Terkait lithium memang sudah melakukan eksplorasi, namun baru pada tahap penyelidikan awal. Kami masih perlu melakukan kegiatan penyelidikan tambahan melalui eksplorasi studi geofisika dan hidrologi,” ungkap dia.

“Nanti di 2024 dilanjutkan, pada tahun 2025 hasilnya bisa lebih konklusif. Sehingga nanti pengelolaan dan pemanfaatannya itu bisa dilakukan sesuai mekanisme lelang mineral logam yang saat ini aturannya berlaku,” pungkasnya.

Untuk diketahui, litium merupakan komponen baterai ev selain nikel, kobalt dan grafit. Adapun boron merupakan mineral untuk hydrogen fuel cell atau energi alternatif untuk kendaraan listrik. Boron juga bahan baku dari neodymium-iron-boron (NdFeB) magnet dan bahan baku untuk pyrex untuk obat-obatan.

Permintaan boron ini naik 30 persen pada tahun 2022 dan diprediksi akan terus melambung seiring dengan permintaan EV dan industri energi baru terbarukan pada masa mendatang. Dengan adanya kedua mineral yang baru ditemukan ini, RI berpotensi menjadi raksasa industri baterai kendaraan listrik.