Beranda Asosiasi Terpilih Jadi Nahkoda IAGI, Budi Santoso Soroti Tantangan Transisi Energi

Terpilih Jadi Nahkoda IAGI, Budi Santoso Soroti Tantangan Transisi Energi

Jakarta, TAMBANG – Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) menjadi tuan rumah penyelenggaraan Joint Convention Pangkalpinang (JCP) 2023 yang mengusung tema “Energy Transitions and Minerals for Environmental Sustainability of Indonesia’s Natural Resources”. Salah satu agenda dalam ajang tersebut, pemilihan nahkoda baru IAGI. STJ Budi Santoso terpilih sebagai Ketua Umum IAGI untuk periode 2023-2026.

Ia menjelaskan, IAGI bakal memperkuat peran sebagai salah satu organisasi kebumian di Indonesia yang menavigasi kompleksitas sumber daya energi dan mineral, baik saat ini maupun di masa mendatang.

“Kami menegaskan komitmen untuk menjadi panduan utama sekaligus kontributor penting dalam perjalanan transformasi ke arah masa depan yang lebih hijau,” tegasnya kepada TAMBANG saat dikonfirmasi, Sabtu (28/10).

Dalam penyelenggaran JCP Pangkalpinang itu, IAGI melibatkan empat organisasi sentral di bidang kebumian, yaitu Himpunan Ahli Geofisika Indonesia (HAGI), Ikatan Ahli Fasilitas Produksi Minyak dan Gas Bumi (IAFMI), Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI), dan Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi).

Saat ini, Indonesia tengah menghadapi tantangan terkait transisi energi hijau, yang menjadi pilar penting dalam mencapai net zero emission. Sehingga perlu dukungan para ahli dan praktisi untuk merespon tantangan tersebut.

“Penyelenggaraan JCP 2023 merupakan salah satu wujud komitmen lima organisasi kebumian dalam meningkatkan kontribusi membangun kesamaan sikap merespon isu global tentang transisi energi hijau,” ungkap Budi.

Berbagai topik dibahas dalam JCP 2023. Mulai soal konsep, teknologi eksplorasi, pengolahan ramah lingkungan, pengembangan industri turunan, termasuk ekosistem kendaraan listrik, upaya konservasi, dan strategi mitigasi seperti penangkapan dan penyimpanan karbon atau penggunaan dan penyimpanan karbon.

“Beberapa tantangan tentang target waktu, biaya, keahlian, teknologi dan kesiapan masyarakat, termasuk regulasi menjadi tantangan tersendiri untuk dapat dicarikan titik kompromi terbaiknya. Harapannya, ketergantungan negara kita atas pemanfaatan kekayaan alam, baik energi maupun bahan untuk industri bisa disikapi dengan tetap melihat realitas kebutuhan dan kesiapan saat ini,” pungkas Budi.