Beranda Tambang Today Umum Untuk Wujudkan Hilirisasi Mineral, Pemerintah Targetkan Investasi Sebesar USD 21,28 Miliar

Untuk Wujudkan Hilirisasi Mineral, Pemerintah Targetkan Investasi Sebesar USD 21,28 Miliar

Jakarta,TAMBANG,-Kekayaan sumber daya alam tambang khusus mineral menempatkan Indonesia dalam jajaran 10 besar negara. Beberapa komoditi tambang yang memiliki cadangan cukup besar diantaranya timah, bauksit, nikel, emas dan tembaga. Situasi ini menjadi daya tarik investasi.

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan bahwa Indonesia memang menjadi target investasi dunia salah satunya karena ada nikel. Bumi Indonesia menyimpan jumlah cadangan dan produksi di nomor satu dunia.

“Mengapa Indonesia menjadi daya tarik investasi pertambangan. Menurut United States Geological Survey (USGS), cadangan nikel kita adalah nomor satu dunia, 23 persen cadangan nikel dunia ada di perut bumi Indonesia. Untuk produksi nikel juga Indonesia ada diperingkat satu. Kemudian ada bauksit yang menempati peringkat 6 dunia pada jumlah cadangan dan produksi dunia,” terang Arifin, dikutip Jumat, (26/11).

Selanjutnya cadangan tembaga Indonesia menempati posisi 7 dunia dan produksinya ada di posisi 12 dunia. Komoditi emas berada di posisi 5 pada potensi dan 6 pada produksi. Produksi timah Indonesia menguasai 17 persen dari cadangan dunia atau berada pada posisi kedua, begitu pula dengan produksinya.

Di samping komoditas-komoditas tersebut, Arifin juga mengungkapkan masih ada Logam Tanah Jarang dan Lithium yang potensinya sangat besar. Namun belum dapat diproduksi karena Indonesia belum memiliki teknologi untuk memisahkan dan memurnikan.

Seiring dengan kebijakan hilirisasi, maka investasi yang dibutuhkan akan semakin besar. Pemerintah menargetkan bisa meraup investasi sebesar USD 21,28 miliar untuk kegiatan hilirisasi di pertambangan mineral. Saat ini sudah ada 19 unit smelter yang berproduksi. Dari jumlah tersebut, 13 di antaranya adalah smelter nikel. Sementara yang dalam proses perencanaan dan pembangunan ada 17 smelter. Sehingga total smelter nikel ada 30 unit. Nilai investasi yang dibutuhkan hanya untuk smelter nikel sebesar USD 8 miliar. Untuk semua komoditi mineral ditargetkan pada 2023 ditargetkan akan terbangun 53 smelter.

“Demikian juga dengan komoditas lainnya, antara lain bauksit, besi, tembaga, mangan, timbal, dan seng. Nanti diperkirakan akan menarik investasi sebesar USD 21.28 miliar. Kita harapkan progresnya akan diakselerasi pada tahun 2022 karena pada tahun 2023 adalah batas waktu untuk izin ekspor konsentrat. Smelter ini harus jadi. Ini memang sudah menjadi aturan Pemerintah bagaimana kita bisa secara serius dan sungguh-sungguh merealisasikan program hilirisasi,” tegasnya.

Program peningkatan nilai tambah mineral, kata Arifin akan meningkatkan pertumbuhan daerah. Selain itu juga berkontribusi terhadap melonjaknya Penerimaan Domestik Bruto (PDB).

Sebagai gambaran, kontribusi sektor pertambangan minerba pada tahun 2018 melebihi tahun 2013, dimana kegiatan ekspor terbesarnya adalah bijih nikel. Jumlah tersebut terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah smelter yang beroperasi.

“Kemudian kontribusi industri logam dasar hasil transformasi pertambangan meningkat sejak implementasi program peningkatan nilai tambah pada tahun 2014 dan terus meningkat hampir 2 kali lipat selama 1 dekade sejak tahun 2010,” tutupnya.