Beranda Sosok Wanita Harus Lebih Pandai Dari Pria

Wanita Harus Lebih Pandai Dari Pria

            Secara global, perbedaan wanita dan pria masih terus ada, meski gong kesetaraan gender terus dibunyikan. Pasalnya, selain berkarier, wanita juga masih dibebani tugas rumah tangga, yakni mengurus keluarga dan anak. Karena itu, wanita harus lebih pandai dari kaum pria. Demikian pandangan dari Anelis Widjaja, CEO Jasnikom.

            PT Jasnikom Gemanusa merupakan perusahaan swasta yang pada 2005 mendapatkan izin sebagai penyelenggara jaringan tetap tertutup dan penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet-switced. Kantor pusatnya di Menara BDN, Jalan Thamrin Jakarta Pusat. Jasnikom juga punya cabang dio Balikpapan, Kalimantan Timur.

            Berikut cuplikan wawancara dengan CEO sekaligus ibu dari dua anak tersebut, yang sudah pernah dimuat di Majalah TAMBANG.

 

Bisa dijelaskan apa itu Jasnikom?

            Jasnikom adalah perusahaan penyedia jasa penyelenggara jaringan tetap tertutup dan mempunyai izin, baik untuk tanpa kabel maupun VSAT (very small aperture terminal, sistem komunikasi via satelit, biasanya untuk dunia usaha). Jasnikom menyediakan akses lokal untuk daerah Jakarta. Di beberapa wilayah, kami bekerjasama dengan operator lokal lain, mulai dari penyedia akses lokal, jarak jauh, serta konektivitas titik ke titik dari satu cabang ke cabang lain.

            Jasnikom adalah baigan dari Astel Group (PT Aneka Spring Telekomindo). Di grup, ada tiga cakupan yang dikerjakan, yakni untuk solusi informasi dan teknologi, service provider, dan e-commerce. Bisnis solusi informasi dan teknologi bermula dari Telkomindo. Kemudian, berkembang dan memiliki sistem pabrikan Alfaritmas, yang menjadi perangkat radio. Alfaritmas ini merupakan cikal bakal Jasnikom. Alfaritmas sudah pernah masuk ke Caltex dan Pupuk Kaltim. Dari perawatan sistem radio, kemudian berkembang menjadi provider.

            Jasnikom mulai masuk ke dunia energi melalui Alfaritmas sekitar 15 tahun lalu, bekerjasama dengan Caltex (sekarang Chevron) itu. Pada 2006, kami mulai masuk ke proyek Total dan CNOOC. Proyek kami di CNOOC merupakan pencapaian terbesar, karena kontraknya 10 tahun, dan pekerjaannya pun cukup besar.

 

Apakah ada alasan tersendiri masuk ke sektor energi?

            Sejarahnya mulai dari Astel. Astel adalah penyedia PABX merk Nortel untuk Caltex. Sampai saat ini juga masih dipakai, terutama untuk perumahan. Freeport juga menggunakan Nortel. Merk Nortel sudah berganti menjadi Avaya.

            Kami memilih masuk ke perusahaan migas yang notabene berada di daerah terpencil, karena belum banyak perusahaan teknologi informasi yang masuk. Kami didukung tenaga ahli berpengalaman.

            Prinsip kerja di grup kami, seperti disampaikan pendiri perusahaan ini, Pak Herry Andriejanssen, semua karyawan selalu dilakukan rotasi. Dengan pengalaman tenaga ahli di anak usaha sebelumnya, kami bisa masuk ke bisnis yang menurut orang lain susah.

            Seperti saya ini. Sebelum di Jasnikom, saya terlebih dahulu di Astel. Saya di Jasnikom baru tiga tahun sejak 2010. Sejak 2006 sampai 2010 saya di Astel. Dari pengalaman di unit usaha lainnya kemudian digunakan untuk mengembangkan yang lain. Keahlian yang susah didapatkan disinergikan dengan perusahaan lainnya di dalam satu grup, termasuk jaringan bisnisnya.

            Sekarang kalau di grup, bisa dikatakan kami paling maju. Kami mempunyai klien terbanyak. Beberapa perusahaan migas besar seperti Chevron, Total, Pertamina, WMO, PHE ONWJ, Husky, dan Pertamina EP menjadi pelanggan.

 

Apakah sudah ada upaya masuk ke sektor pertambangan umum, baik batu bara atau mineral?

            Memang kami belum masuk ke sana. Baru melakukan survei. Kami lihat ada beberapa kemiripan dengan bisnis migas. Dari hasil survei, kami bisa melihat bahwa untuk pertambangan, alat yang cocok itu terkait produk tertentu. Misalnya, kalau di lepas pantai memakai pelacak kapal, kalau di pertambangan memakai pelacak kendaraan yang tidak perlu menggunakan satelit, tetapi GSM saja sudah cukup.

 

Apa saja hambatan yang dihadapi dalam bisnis penyedia jasa ini?

            Mungkin terkait kompetisi. Bukan hanya dengan sesama perusahaan jasa, tetapi justru dengan perusahaan perdagangan. Mereka berjualan radio, tapi seakan-akan mereka seperti penyedia jasa. Sebagai penyedia jasa, kami harus membayar PNBP 1,75% untuk pendapatan kotor. Misalkan kami beli barang Rp1.000, diberikan untuk 10%, sehingga menjadi Rp1.100, maka kami tidak menerima Rp1.100, karena harus bayar PNBP 1,75% tersebut.

            Sementara, perusahaan dagang menerima utuh karena tidak perlu membayar PNBP. Karena itu, pemerintah perlu membuat aturan yang jelas. Kami sudah sering menyampaikan hal ini ke Kementerian Komunikasi dan Informasi. Karena ini tidak adil untuk kami. Kalau kompetisi sesama penyedia jasa, tidak jadi masalah.

            Dengan beberapa kompetitor seperti Telkom, Lintas Artha, kami sering bertemu dalam satu tender. Bahkan kadang-kadang kami menjadi mitra. Selama kompetisinya adil, kami tidak ada masalah.

 

Apa visi Anda dalam memimpin perusahaan?

            Yang pasti adalah untuk semua pemangku kepentingan, keuntungan harus dinikmati oleh semuanya. Kemudian kami sebagai karyawan, pelanggan, dan mitra bisnis pun harus sama-sama berkembang. Jangan sampai muncul pernyataan, “kok susah sekali ya berbisnis dengan Jasnikom?” Ini yang kami jaga.

            Yang berusaha saya tumbuhkan adalah semua orang harus bisa berkembang saat bekerja di Jasnikom. Entah suatu saat mau pindah, itu urusan nanti. Tetapi saat di Jasnikom, harus bertumbuh dan berkembang bersama. Untuk tumbuh bersama, memang tidak mudah, karena dibutuhkan kerja keras. Kadang menjadi pemimpin tidak harus selalu baik.

            Saya selalu menganalogikan dengan orang tua terhadap anak. Tidak ada orang tua yang menghendaki anaknya tidak naik kelas. Pasti maunya naik kelas. Kalau naik kelas, misalkan dari kelas 3 ke kelas 4, pelajarannya pasti lebih susah. Karena itu harus belajar lebih giat. Setiap tahun, Jasnikom dan karyawan harus belajar naik kelas terus. Kalau yang ndak bisa, ya harus belajar.

            Visi saya, semua yang ada di Jasnikom harus naik kelas, apapun itu. Karena itu, kami selalu introspeksi diri, kritik kepada diri kita sendiri. Kita harus membekali diri dan belajar untuk terus tumbuh dan berkembang. Kompetisi di luar sangat cepat sekali. Kalau tidak, kita akan ketinggalan.

 

==========================================================================================

Wawancara selengkapnya sudah pernah dimuat dalam Rubrik CEO di Majalah TAMBANG Edisi Desember 2013.