Beranda Tambang Today Adani Kecewa Terhadap Proyek Tambangnya di Australia

Adani Kecewa Terhadap Proyek Tambangnya di Australia

TAMBANG, NEW DELHI. KONGLOMERAT infrastruktur dari India, Grup Adani, mempertimbangkan untuk membatalkan megaproyek tambangnya di cekungan Galilee, Queensland, Australia, yang investasinya mencapai US$ 16 miliar. Megaproyek itu berlarut-larut pelaksanaannya, akibat susahnya mendapatkan izin gara-gara gugatan para aktivis lingkungan.

 

 

Koran Australia, The Australian, Sabtu lalu memberitakan, komisaris utama sekaligus pendiri Adani, Gautam Adani, menyampaikan bahwa dia sangat kecewa karena setelah enam tahun, belum juga mendapat lampu hijau dari otoritas lingkungan hidup. Gautam Adani berharap, seluruh perizinan untuk tambang batu bara terbesar di Australia itu selesai awal tahun depan.‘’Saya betul-betul kecewa, proyek batu bara ini terlambat begitu lama,’’ kata Adani kepada The Australian.

 

 

Grup Adani memulai proyek batu bara Carmichael pada 2010. Tak hanya mengembangkan tambang, tapi Adani juga harus membangun rel kereta api ke pelabuhan Abbot Point yang panjangnya ratusan kilometer, agar batu bara itu bisa diangkut ke India dan pasar lain yang memerlukan. Tetapi proyek itu langsung mendapat tentangan keras dari para aktivis lingkungan. Adani pun harus bersusah payah bertarung di pengadilan.

 

 

Adani Enterprises Ltd pada 3 April lalu memenangkan gugatan terhadap izin tambang Carmichael, membuatnya satu langkah lagi lebih dekat ke aktivitas tambang. Adani mendapatkan tiga izin tambang dari negara bagian Queensland. Carmichael akan menjadi proyek tambang batu bara terbesar di Australia.

 

 

Pada Februari, Grup Adani mendapat persetujuan dari pemerintah Queensland untuk proyek tambang Carmicahel di cekungan Galilee, meski mendapat protes dari aktivis lingkungan.

 

 

Pada Desember sebelumnya, Pemerintah Australia mengizinkan perluasan terminal batu bara Abbot Point, untuk memudahkan pengapalan batu bara dari tambang yang dikelola Adani. Persetujuan itu dikeluarkan dengan 29 persyaratan. Perluasan pelabuhan itu membuat 1,1 juta meter kubik material dekat Great Barrier Reef, kawasan cagar alam yang juga jadi andalan wisata Australia, disedot.

 

 

Adani membenarkan bahwa pada Desember lalu pihaknya bertemu Perdana Menteri Australia untuk meminta jaminan kepastian proyek tambangnya.‘’Kami menanyakan bagaimana kami bisa menjalankan proyek sesuai jadwal. Ini sangat penting bagi kami dalam pengerahan sumber daya,’’ kata Adani.

 

 

Adani semula mengira, hanya butuh 2-3 tahun untuk mendapatkan izin. Karena itu, Adani segera menyediakan perumahan untuk pegawai, dan menyewa izin pelabuhan Abbot Point. Total yang sudah dikeluarkan Adani untuk perumahan dan izin pelabuhan itu mencapai $ 3 miliar. Ternyata izin proyek tambangnya berlarut-larut.

 

 

‘’Bila tidak ada penundaan, saya akan mendapatkan cukup pendanaan untuk proyek batu bara ini. Sebetulnya proyek ini juga lebih menarik ketimbang tambang batu bara di India maupun Indonesia,’’ kata Adani.

 

 

Kepala Eksekutif Adani Australia, Jeyakumar Janakaraj  mengatakan, kampanye keroyokan oleh aktivis untuk menghalangi proyek tambang batu bara telah menghancurkan reputasi Australia di dunia internasional. Para pengusaha India juga mempertanyakan masa depan investasi mereka di Australia. ‘’Kegiatan anti tambang telah membuat banyak tombol yang mati. Banyak kehancuran yang terjadi karena mereka,’’ lanjutnya.

 

 

Jumat pekan lalu, kelompok aktivis Greenpeace menyambut baik komitmen Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, yang mengatakan bahwa dia tidak akan menyia-nyiakan duit para pembayar pajak di tambang batu bara Carmichael. Namun Greenpeace meminta Perdana Menteri mengungkapkan kebijakan apa persisnya yang akan dia lakukan di bidang lingkungan, untuk mengatasi perubahan iklim, dan melindungi Great Barrier Reef.

 

 

Juru kampanye karang Greenpeace Australia Pacific, Shani Tager, mengatakan, ‘’Ucapan Perdana Menteri kami sambut baik. Namun kami membutuhkan penjelasan lebih detail mengenai apa yang akan dia lakukan.’’

 

 

‘’Tambang Carmichael, bila dilaksanakan, berarti akan lebih banyak material yang dikeruk dari Great Barrier Reef, akan lebih banyak kapal melalui perairan di sekitarnya. Itu semua akan membuat karang di kawasan Great Barrier Reef terancam,’’ lanjutnya.