Jakarta, TAMBANG – Asosiasi Tambang Batuan Indonesia (ATBI) memaparkan potensi dan peluang investasi mineral di Indonesia kepada Tiongkok. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif ATBI, Wisnu Salman dalam 13th China-ASEAN Mining Cooperation & Conference yang diselenggarakan di Nanning, Guangxi Zhuang, Tiongkok 21-23 Mei 2025.
Wisnu Salman menyampaikan, bahwa Tiongkok menjadi salah satu mitra RI terbesar dalam kerja sama pengembangan industri mineral dan batu bara. Tiongkok kata dia menjadi investor terbesar dalam industri ekstraksi komoditas nikel dan bauksit.
“Terkait perdagangan mineral dan batubara, Tiongkok merupakan tujuan ekspor terbesar Indonesia dan juga menjadi salah satu investor terbesar dalam komoditas nikel dan bauksit. Perkembangan pesat hilirisasi nikel Indonesia juga didorong oleh investasi dari Tiongkok,” ujar Wisnu Salman dikutip Senin (30/6).
Wisnu menjelaskan, pengembangan hilirisasi dan industrialisasi merupakan bagian dari Asta Cita, yaitu misi yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto. Asta Cita terdiri atas delapan misi utama, mulai dari penguatan ideologi demokrasi hingga mewujudkan kemandirian nasional melalui ketahanan pangan dan ekonomi kreatif.
“Delapan pilar ini menjadi dasar dalam membangun bangsa yang lebih kuat, adil, dan Sejahtera,” imbuh Wisnu.
Lebih jauh, Wisnu memaparkan berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), umur cadangan nasional untuk beberapa mineral strategis masih tergolong cukup.
“Untuk nikel, cadangan kami terutama jenis limonit masih cukup memadai dibanding saprolit dalam mendukung investasi hilirisasi. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan eksplorasi yang signifikan,” jelasnya.
Indonesia telah muncul sebagai pemasok utama nikel ke pasar global. Peran strategis Indonesia dalam produksi nikel global menjadikan nikel tidak hanya penting bagi suplai dunia, namun juga kian vital bagi perekonomian nasional.
Peran penting Indonesia dalam transisi energi global ditegaskan oleh kekayaan sumber daya mineral kritis seperti nikel, kobalt, bauksit, dan tembaga. Mineral-mineral ini sangat penting untuk pengembangan teknologi energi hijau.
“Namun di sisi lain, keberlanjutan pasokan mineral kritis dan strategis sangat bergantung pada eksplorasi. Peningkatan kegiatan eksplorasi, terutama di wilayah baru (green field), harus menjadi prioritas utama pemerintah untuk menjamin pasokan stabil guna memenuhi permintaan yang terus meningkat,” ujarnya.
“Berkaca pada hal tersebut, saat ini adalah waktu yang tepat bagi investor Tiongkok untuk memanfaatkan peluang investasi di sektor hilirisasi mineral dan batu bara di Indonesia,” tegasnya.
Baca juga: Presiden Prabowo Resmikan 55 Proyek Energi Terbarukan dan Tambahan Produksi Minyak Blok Cepu